Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Banyak yang Tolak PSBB Total Anies Baswedan, Indef: Harusnya Lebih Cepat

Banyak yang Tolak PSBB Total Anies Baswedan, Indef: Harusnya Lebih Cepat Kredit Foto: Antara/Rony Muharrman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kasus terdeteksi positif Covid-19 di DKI Jakarta mencapai 24,9% dari total keseluruhan kasus di Indonesia. Selain karena Jakarta sebagai pusat transportasi, kota ini juga memiliki fasilitas yang lengkap dan memadai untuk tes Covid-19 dengan hasil yang lebih cepat sehingga kasus yang terdeteksi lebih mudah untuk didata.

Lantaran angka kasus Covid-19 meningkat, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan untuk melakukan rem mendadak dengan PSBB jilid dua mulai Senin, 14 September 2020.

Baca Juga: Jakarta PSBB Total Lagi, Apa Persamaan dengan Lockdown Melbourne?

Kendati demikian, Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) sekaligus anggota Dewan Riset Daerah (DRD) DKI Jakarta, Berly Martawardaya, menyayangkan kenapa keputusan rem dadakan ini tidak dilakukan lebih cepat.

"PSBB jilid 2 ini kan berbasis data, tapi kenapa tidak dilakukan lebih cepat? Karena kalau tidak ada rem darurat, per 17 September tempat tidur isolasi di Jakarta akan penuh," ungkap Berly dalam diskusi online Indef bertajuk "PSBB DKI dan Banten: Ekonomi Nasional Sembuh atau Lumpuh?" di Jakarta, Kamis (17/9/2020).

Sebelumnya, sudah diproyeksi oleh tim riset DKI Jakarta bahwa jika tidak dilakukan PSBB, pada 17 September (kemarin), tempat tidur isolasi diprediksi akan penuh sebanyak 4.053.

"Setelah hari ini, tadinya diprediksi bahwa pasien Covid-19 tidak akan tertampung. Jumlah pasien juga diprediksi akan mencapai 4.807 orang pada 6 Oktober 2020," lanjut Berly.

Padahal, kata dia, 4.807 tempat tidur isolasi baru bisa terpenuhi pada 8 Oktober 2020. Dia mengatakan, situasi Indonesia saat ini sudah hampir menyusul Bangladesh.

"Baik dari jumlah kasus positif dan kematian, kita sudah hampir seperti Bangladesh. Namun, untungnya grafik kematian tidak melonjak tajam seperti Filipina," tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: