Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Huawei, Taipan China yang Sukses Bikin AS Ketar-Ketir

Kisah Perusahaan Raksasa: Huawei, Taipan China yang Sukses Bikin AS Ketar-Ketir Toko andalan baru Huawei terlihat menjelang pembukaan resmi besok di Shanghai, menyusul wabah penyakit virus korona (COVID-19), Cina 23 Juni 2020. | Kredit Foto: Reuters/Aly Song
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di tengah iklim persaingan dengan Amerika Serikat yang semakin ketat, China mau tidak mau mesti melakukan perlawanan signifikan. Adu urat terlihat salah satunya dalam sektor panas persaingan tersebut adalah teknologi dan komunikasi. Di sektor ini, pemegang kuasanya adalah Huawei Company.

Raksasa teknologi dan komunikasi Huawei itu berusaha keras menampilkan dirinya pada dunia sebagai perusahaan yang terbuka, transparan, dan dapat dipercaya. Namun langkahnya tidak selalu mulus. Salah satu alasannya menurut Huawei sendiri tidak bisa dijawab dengan penjelasan yang sederhana. 

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Marathon Petroleum, Menjadi Konglomerat Minyak Berkat Tangan Miliuner AS

Selain tensi yang menegang dengan China, rupanya Huawei masih berkutat dengan konflik internal perusahaan. Namun bagi Huawei yang paling dikhawatirkan adalah kecurigaan AS soal undang-undang baru China yang mengharuskan perusahaan dalam negeri membantu pekerjaan intelijen nasional.

Terlepas dari itu, catatan finansial Huawei dapat dikatakan cukup baik dan mengalami peningkatan. Pada 2018, raksasa dari China hanya duduk di peringkat 72 dunia dengan pendapatan tahunan sebesar 89,31 miliar dolar AS dalam Global 500 versi Fortune.

Pada 2019, peringkat Huawei naik lagi dari 72 ke nomor 61 dunia. Peningkatan sebesar 22,1 persen pada revenue tahunan dari 89,31 miliar dolar menjadi 109 mmiliar dolar AS adalah faktor pendukung utama. Di tahun ini, perusahaan memperoleh laba bersih sekitar 8,95 miliar dolar AS. 

Lantas setahun kemudian, Huawei mampu duduk di posisi 50 besar dunia. Dalam tahun ini, kenaikan 14 persen pendapatan tahunan menjadi 124,31 miliar dolar AS jadi alasan pertama Huawei duduk di posisi 49 dunia. Raksasa telekomunikasi juga membukukan laba bersih lebih dari 9 miliar dolar dengan rerata kenaikan 1,2 persen pertahun.

Berangkat dari penjelasan ini, Warta Ekonomi bakal mengulas kisah perusahaan raksasa Huawei ke dalam sebuah artikel. Berbekal sejumlah sumber, pada Rabu (14/10/2020) ini, kami sajikan uraian tersebut menjadi tulisan sebagai berikut.

Mula-mula, kesuksesan Huawei bermuara pada dua elemen dasar yakni lingkungan teknologi yang berubah dan kreativitas orang-orang China. Sejak 1980-an, China ikut terseret dalam arus pembangunan ekonomi terbesar dalam sejarah. Keberhasilan kebijakan reformasi dan keterbukaan masa Deng Xiaoping sebagai alasan berikutnya yang sangat menguntungkan Huawei. 

Aktor utama di balik Huawei, Ren Zhengfei yang ketika tahun 1987 berusia 44 tahun mendirikan perusahaan perdagangan peralatan telekomunikasi di Shenzhen, China. Pria ini hanya menggunakan modal awal sebesar 21.000 yen.

Huawei memulai bisnisnya sebagai agen penjual sakelar untuk perusahaan Hong Kong. Menurut sang pendiri yang juga seorang purnawirawan militer Tentara Pembebasan Rakyat (People's Liberation Army/PLA) itu perusahaannya juga dibentuk sebagai layanan konsultasi dan operasi untuk sebagaian besar perusahaan di CHina dan luar negeri. 

Zhengfei mengatakan bahwa kekuatan terbesar di balik pertumbuhan cepat Huawei adalah filosofi yang tertanam kuat dalam benak pegawainya. Isi filosofi itu adalah menomorsatukan pelanggan, dedikasi, dan ketekunan dalam bekerja. Selain itu, kesuksesan Huawei juga berangkat dari manajemen dan struktur kepemilikan yang tidak biasa. Yang menakjubkan, perusahaan memiliki tiga CEO bergilir dengan porsi 98,6 persen sahamnya dipegang oleh para karyawan.

Sejak 1990, Huawei memulai penelitian independen dan komersialisasi teknologi. Target utama dari strategi ini adalah hotel dan perusahaan kecil. 

Setelah mengumpulkan pengetahuan tentang bisnis dan sumber daya, Huawei mencapai terobosan pertamanya ke pasar telekomunikasi arus utama pada 1992. Dengan dukungan sekitar 500 karyawan riset dan pengembangan itu, perusahaan meluncurkan sakelar telepon digital C&C08 --memiliki kapasitas terbesar di China saat itu.

Huawei kemudian memenangkan kontrak penting untuk membangun jaringan telekomunikasi nasional pertama untuk PLA pada 1994. Kesepakatan ini digambarkan sebagai bisnis kecil, tapi besar dalam hubungan kerja samanya. 

Di tahun yang sama, Zhengfei mengadakan pertemuan dengan sekretaris jenderal Partai Komunis China Jiang Zemin. Dalam rapat itu, Zemin meminta Huawei mengganti teknologi peralatan terkait dengan sistem keamanan nasional untuk tujuan meningkatkan peralatan militer nasional. Keduanya pun sepakat dengan apa yang dibahas pada waktu itu. 

Langkah besar kembali diambil perusahaan Zhengfei. Ketika pemerintah China mengadopsi kebijakan eksplisit untuk mendukung produsen telekomunikasi dalam menghalau pesaing asing, Huawei dipercaya oleh pemerintah dan militer. Pada 1996, perusaahan mendirikan kantor penelitian dan pengembangan yang baru.

Tak berhenti di situ, Huawei kemudian memenangkan kontrak perusahaan Hong Kong, Hutchinson Whampoa untuk menyediakan jaringan pada 1997. Belakangan pada tahunitu, perusahaan meluncurkan produk GSM nirkabel yang kemudian berekmbang ke arah CDMA dan UMTS. Dua tahun kemudian, perusahaan membuka lagi pusat penelitian dan pengembangan yang kali ini berlokasi di Bangalore, India. 

Sampai pada tahun 2000, kekuatan finansial Huawei cukup kukuh. Setelah ekspansi ke pasar luar negeri, Huawei membukukan penjualan internasional lebih dari 100 juta dolar AS. Di tahun ini pula, pusat penelitian dan pengembangan selanjutnya dibuka di Stockholm, Swedia. 

Tahun berikutnya, Huawei membangun pusat penelitian di AS. Perusahaan lantas mendivestasikan anak perusahaan Avansys ke Emerson senilai 750 juta dolar AS, disusul dengan pengabungan bersama Intenational Telecommunications Unio (ITU). Di tahun ini atau 2020, penjualan internasional Huawei mencapai 552 juta dolar AS.

Sejak 1998 hingga 2003, Huawei mengontrak IBM untuk konsultasi manajemen. Perusahaan kemudian mengalami transformasi signifikan pada struktur manajemen dan pengembangan produknya. 

Di 2003, Huawei bermitra dengan 3Com dalam usaha patungan yang dikenal sebagai H3C. Kerja sama ini diketahui memiliki fokus pada peralatan jaringan perusahaan. Langkah ini juga menandakan masuknya kembali 3Com dalam router inti kelas atas, setelah pergi pada tahun2000. 

Masih di tahun yang sama, departemen handset didirikan. Telepon pertamanya yang diberi nama C300 pun juga dikirimkan setahun kemudian. Lantas selanjutnya U626, ponsel 3G pertama juga resmi diluncurkan. Dalam tahun-tahun ini, langkah signifikan Huawei sangat terasa pada tumbuh dan kembang perusahan Zhangfei ini.

Perluasan pasar internasional gencar dilakukan raksasa telekomunikasi ini. Ekspansi ke perusahaan Belanda, Telfort pada 2004 dengan kontrak senilai 25 juta dolar AS ini merupakan yang pertama di Benua Biru. 

Tahun berikutnya Huawei menandatangani Global Framework Agreement (Perjanjian Kerangka Kerja Global) dengan Vodafone. Perjanjian ini menandai pertama kalinya pemasok perangkat telekomunikasi dari China menerima status disetujuai dari Vodafone Global Supply Chain. Perjanjian tersebut menetapkan syarat dan ketentuan untuk penyediaan solusi. Hasilnya perusahaan itu sukses meluncurkan produk pertamanya yaknihandset 3G merek Vodafone V710.

Pada Mei 2008, Huawei dan Optus mengembangkan pusat inovasi seluler di Sydney, Australia. Bangunan ini menyediakan fasilitas bagi para insinyur untuk mengembangkan konsep broadband nirkabel dan seluler baru menjadi produk yang siap dipasarkan. Pada 2008 ini juga, perusahaan telekomunikasi ini memulai penyebaran komersial skala besar pertamanya di UMTS/HSPA di Amerika Utara yang menyediakan jaringan nirkabel generasi baru TELUS dan Bell Canada dengan akses seluler berkecepatan tinggi.

Huawei menghadirkan salah satu jaringan komersial LTE/EPC pertama di dunia untuk TeliaSonera di Oslo, Norwegia pada 2009. Perusahaan tersebut meluncurkan solusi 100G ujung-ke-ujung pertama di dunia dari router ke sistem transmisi pada tahun yang sama, untuk membantu memenuhi pertumbuhan pesat lalu lintas jaringan dan meningkatkan efisiensi dan keandalan router.

Pada Juli 2010, Huawei masuk dalam daftar Global Fortune 500 untuk pertama kalinya. Catatan di tahun itu adalah dengan kekuatan penjualan tahuna 21,8 miliar dlar dan laba bersih 2,67 miliar dolar AS. 

Pada akhir 2010 dilaporkan bahwa Huawei berencana menginvestasikan sekitar 500 juta dolar AS (2.200 rupee) untuk mendirikan fasilitas manufaktur peralatan telekomunikasi di Tamil Nadu, India dan 100 juta dolar untuk memperluas pusat penelitian di Bangalore.

Pada April 2011, Huawei mengumumkan peningkatan pendapatan sebesar 30 persen pada 2010. Capaian ini didorong oleh pertumbuhan yang signifikan di pasar luar negeri, dengan laba bersih meningkat menjadi 23,76 miliar yuan (3,64 miliar dolar AS/2,23 miliar) euro dari 18,27 miliar yuan pada 2009. 

Dalam Penjualan 2010 di luar China terus menjadi pendorong utama bisnis Huawei. Pendapatan luar negeri naik 34 persen menjadi 120,41 miliar dolar AS pada 2010 dari 90,02 miliar yuan pada 2009, didorong oleh wilayah-wilayah termasuk Amerika Utara dan Rusia. Pendapatan dari China naik 9,7 menjadi 64,77 miliar yuan, karena operator telekomunikasi besar negara itu mengurangi investasinya tahun lalu.

Pendapatan Huawei pada 2010 menyumbang 15,7 persen dari pasar infrastruktur jaringan operator global senilai 78,56 miliar dolar AS, menempatkan perusahaan di urutan kedua di belakang 19,6 persen pangsa Telefon AB L.M. Ericsson, menurut firma riset pasar Gartner.

Huawei menargetkan pendapatan 150 juta dolar AS melalui solusi bisnis perusahaannya di India dalam 12 bulan ke depan. Ia membantah menggunakan subsidi China untuk mendapatkan pangsa pasar global setelah baru-baru ini dituduh oleh anggota parlemen AS dan pejabat UE melakukan persaingan tidak sehat. 

Pada Oktober 2012, diumumkan bahwa Huawei akan memindahkan kantor pusatnya di Inggris ke Green Park, Reading, Berkshire. Perusahaan juga, dalam upaya untuk meningkatkan keunggulannya di AS, menjadi sponsor utama tur musim panas 2013 Jonas Brothers.

Pada September 2013, Huawei membuka kantor Kanada baru di Regina, Saskatchewan. Huawei telah berkolaborasi dengan operator lokal SaskTel untuk membangun jaringan HSPA+ dan LTE-nya. Perusahaan juga mengumumkan bahwa SaskTel akan membawa smartphone Ascend Y300 barunya.

Bulan berikutnya di tahun yang sama, Huawei telah dipilih oleh TDC A/S sebagai vendor tunggal untuk memodernisasi jaringan GSM/UMTS/LTE nasional di Denmark. Perusahaan menyediakan layanan terkelola selama periode enam tahun. Nilai kontrak diperkirakan lebih dari 700 juta dolar AS selama jangka waktu perjanjian.

Sampai tahun 2016, Huawei sudah dijuluki sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar ketiga di dunia. Pendapatannya saat itu mencapai 75 miliar dolar AS. Huawei juga menjadi satu-satuny aperusahaan 50 besar China yang memiliki tingkat riset dan pengembangan tinggi. 

Menurut Forbes, perusahaan asal China tersebut merupakan salah satu merek paling bernilai pada 2017 dan menempati urutan ke-88. Nilainya saat itu mencapai sebesar 7,3 miliar dolar AS. Peringkat lain yang perlu disoroti adalah Fortune 500, Huawei berada di peringkat 83 dalam peringkat ini.

Capaian menarik Huawei ini mendapat respons keras dari sejumah pihak. Salah satunya terjadi saat kepanikan menyebar ke jutaan pemilik ponsel Huawei yang mengalami ketidakpastian setelah pengumuman yang dikeluarkan Google. Isi pernyataan Google adalah bahwa raksasa teknologi AS tidak akan menyediakan perangkat lunak pada perusahaan CHina tersebut. 

Perlu diketahui, pesan mengejutkan tersebut datang langsung dari perintah presiden AS Donald Trump yang isinya, "Jangan menjual komponen atau software ke Huawei." Ini juga merupakan bagian dari Perang Dingin Telekomunikasi. Sebab itulah, Huawei dimasukkan dalam daftar hitam (black list) AS dengan alasan membahayakan masyarakat. 

Saat ini, Google sedang mengerjakan detail dan implikasi dari tindakan tersebut dan akan terus menawarkan pengalaman Android tanpa batasan, termasuk akses ke Google app store. Dalam jangka pendek, Huawei berupaya untuk mendukung aplikasi dan sistem operasi pengguna.

Huawei mengatakan bahwa mereka bekerja pada sistem operasi mereka, berdasarkan versi Android publik dan sudah tersedia di pasar China (ponsel menggunakan sistem Android yang sangat dimodifikasi dan tidak memiliki aplikasi Google). 

Ponsel generasi berikutnya diharapkan memiliki sistem operasi ini. Ini bisa berdampak besar karena pengguna cenderung condong ke sistem operasi daripada merek ponsel saat membeli. Ini akan membutuhkan perangkat luar biasa yang melebihi layanan Google Maps, Google Mail, Google Chrome, dan aplikasi Google Play lainnya. Tapi, tantangannya bisa positif.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: