Belum lama ini Ferdinand Hutahaean menggemparkan publik lantaran memilih mengundurkan diri dari Partai Demokrat. Pengunduran dirinya tersebut sudah dibenarkan oleh Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ossy Dermawan.
Menanggapi keputusan hengkangnya Ferdinand Hutahaean dari Partai Demokrat, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menduga bahwa penyebab pria berusia 43 tahun tersebut hengkang lantaran dirinya tidak mendapatkan posisi strategis.
Selain itu ia menduga bahwa Ferdinand Hutahaean bukan merupakan bagian dari kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.
Baca Juga: Hengkang dari Demokrat, Ferdinand Rugi Bandar
"Mungkin Ferdinand banyak kecewa ke AHY. Misalnya tak mendapat posisi yang strategis di partai. Atau juga bukan dari gerbong AHY," katanya, Rabu (14/10/2020).
Lebih lanjut, Direktur Eksekutif IPW itu juga menduga bahwa Ferdinand Hutahaean telah lama merasakan ketidaknyamanannya, oleh sebab itu menurutnya tak ada pilihan lain selain keluar dari partai yang telah membesarkan namanya itu.
"Ferdinad bisa saja sudah lama tak betah dan tak nyaman di Demokrat," katanya.
Ujang Komarudin pun mengatakan bahwa kedatangan mau kepergian kader pada tubuh partai merupakan hal biasa.
"Keluar dan masuknya kader partai merupakan hal biasa. Tak aneh dan tak heran. Oleh karena itu, kita mengenal kader loncat pagar atau kutu loncat, atau istilah lainnya," pungkasnya.
Sebelumnya dilaporkan bahwa pada Selasa (13/10/2020), Ferdinand Hutahean mengaku terkait alasan dirinya mundur dari Partai Demokrat tersebut salah satunya lantaran terpilihnya putera pertama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yakni AHY menjadi Ketua Umum partai
"AHY jadi ketua umum menjadi salah satu bagian saya keluar. Karena demokrasi tidak berjalan," katanya.
Baca Juga: Habib Rizieq Bakal Pulang, Anggota DPR Senangnya Bukan Kepalang
Pria berusia 43 tahun itu mengklaim bahwa dirinya telah mencium gelagat yang tidak sehat setelah terpilihnya AHY menjadi Ketua Umum Partai secara aklamasi melalui Kongres V Partai Demokrat pada 15 Maret 2020 lalu.
Selain itu dikatakannya bahwa dirinya memiliki pandangan yang bersebrangan dengan Partai.
"Ya memang sejak bulan Maret itu, ditambah beda pandangan soal mekanisme penanganan Covid. Terakhir soal UU Cipta Kerja," tuturnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti