Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dihantam Pandemi Covid-19, Segini Laba BNI di 2020

Dihantam Pandemi Covid-19, Segini Laba BNI di 2020 Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di tengah tantangan pandemi yang berdampak pada perekonomian, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI membukukan pertumbuhan laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) sebesar Rp 27,8 triliun pada akhir 2020.

Pertumbuhan laba ini dikontribusikan oleh pendapatan non bunga atau fee based income sebesar Rp 11,9 triliun atau tumbuh 4,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2019, serta dapat melakukan efisiensi biaya operasional yang hanya tumbuh 2,2% YoY. Sementara kredit yang disalurkan BNI pada 2020 sebesar Rp 586,2 triliun atau tumbuh 5,3% YoY.

"Kedua hal ini menjadi sasaran utama perusahaan selama masa pandemi untuk meredam tekanan pendapatan bunga yang turun 4,0% YoY dalam rangka pemberian stimulus restrukturisasi kredit kepada para debitur yang terdampak oleh pandemi," ujar Direktur Utama BNI Royke Tumilaar di Jakarta, Jumat (29/1/2021).

Lebih lanjut, kata Royke, bekal PPOP tersebut menambah ruang bagi BNI untuk memupuk pencadangan yang memadai dalam menghadapi tantangan perekonomian di masa mendatang dan juga memberikan kekuatan untuk meminimalisir volatilitas keuntungan perseroan.

Baca Juga: Sambut 2021, BNI Perkuat Fundamental dan Gulirkan Transformasi

"Dimana pada tahun 2020, BNI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 3,3 triliun disertai dengan rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio berada pada level 182,4% lebih besar dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 133,5%," jelas Royke.

Selain itu, perseroan juga mampu menjaga NIM di level 4,5% melalui strategi manajemen biaya dana yang efektif. BNI mencatatkan biaya dana (cost of fund) yang terus mengalami perbaikan di setiap kuartalnya, terutama pada Kuartal IV - 2020 yang berada pada level 2,0% atau membaik 60 basis poin dari kuartal sebelumnya, sehingga cost of fund pada akhir 2020 turun menjadi 2,6% dari 3,2% di 2019.

Dengan kondisi demikian, aset perseroan masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,4 persen yoy, dari Rp845,60 triliun menjadi Rp891,34 triliun.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: