Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Meroket, Harga CPO Masih Prospektif?

Meroket, Harga CPO Masih Prospektif? Buruh kerja memanen kelapa sawit di perkebunan kawasan Cimulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/9/2019). Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia menyatakan produksi minyak sawit Indonesia diperkirakan mencapai 46,6 juta ton pada 2020. | Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mengacu pada CIF Rotterdam basis, harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) telah mencatatkan harga tertinggi sepanjang satu dekade terakhir, yakni berada di level US$1.185 per MT. Kendati demikian, pada Mei 2020 lalu, harga CPO sempat menyentuh level terendah, yakni US$495 per MT. Rendahnya harga tersebut disebabkan terjadinya penurunan permintaan CPO akibat pandemi Covid-19 di sejumlah negara importir utama, seperti India dan China.

Namun, mulai pulihnya perekonomian dunia seiring dengan vaksinasi Covid-19 yang sudah dilaksanakan mendorong kembali menguatnya permintaan CPO. Tidak hanya itu, berkurangnya supply CPO akibat kekeringan yang terjadi pada tahun 2019 turut mendorong terjadinya kenaikan harga CPO pada Q3–Q4 2020.

Baca Juga: Beri Kabar Baik di Pekan II Maret, Harga CPO Cetak Rekor di Satu Dekade Terakhir

Melihat hal ini, pendiri Ellen May Institute (EMI), Ellen May, menilai bahwa rendahnya suplai CPO masih akan terlihat hingga Februari 2021. Persediaan CPO Malaysia menurun pada Februari di bawah level 1,5 juta ton. Level tersebut menjadi persediaan terendah sejak 2011. Di sisi lain, tingkat produksi CPO Malaysia berada di bawah 1,2 juta ton/ bulan, terendah sejak 2017.

"Kondisi serupa terjadi di Indonesia, produksi CPO 2020 turun 0,3 persen YoY menjadi 47 juta ton, sedangkan permintaan tumbuh 3,6 persen YoY, meskipun secara persediaan mengalami peningkatan sebesar 6 persen YoY pada 4,8 juta ton pada akhir 2020," jelasnya seperti dikutip Senin (15/3).

Kondisi tersebut membuat harga penjualan rata-rata (ASP) CPO naik 20 persen secara YoY pada akhir tahun. Lebih lanjut Ellen mengatakan bahwa peningkatan produksi dari produsen CPO dikombinasikan dengan harga CPO yang stabil akan mendorong profitabilitas emiten berbasis CPO pada 2021.

Dikatakan Ellen, keberhasilan Indonesia terhadap program B30 menjadi titik balik atas kebangkitan harga CPO pada 2019 dan diharapkan dapat dijalankan ke tahap yang lebih lanjut, seperti B40, agar harga CPO bisa menjadi lebih stabil. Hal tersebut tercermin sepanjang 2020; konsumsi CPO untuk biodiesel meningkat 23,9 persen YoY menjadi 7,2 juta ton dan jumlah tersebut berkontribusi sebesar 41 persen terhadap total konsumsi CPO domestik.

Senada dengan hal tersebut, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan bahwa salah satu sentimen pendukung kenaikan harga CPO adalah serangan yang terjadi pada salah satu kilang minyak di Arab Saudi oleh suku Houthi. Hal ini akan berdampak pada penguatan harga minyak mentah, sekaligus meningkatkan daya tarik bahan bakar biodiesel sebagai subsitusinya yang merupakan produk olahan dari CPO.

Lebih lanjut Ibrahim mengatakan, peluang penguatan lanjutan harga CPO masih terbuka, salah satu pendorongnya karena rencana Pemerintah Indonesia kembali mengembangkan bahan bakar biodiesel B30. Selain itu, prospek tersebut juga diikuti oleh sentimen cuaca hujan yang akan dihadapi Indonesia dan Malaysia sebagai pengekspor utama CPO.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: