Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Isolasi Myanmar Makin Gila, Internet Sampai Kehilangan Koneksi

Isolasi Myanmar Makin Gila, Internet Sampai Kehilangan Koneksi Para buruh di Myanmar lakukan aksi demonstrasi untuk mendukung demokrasi. | Kredit Foto: Federation of Garment Workers Myanmar
Warta Ekonomi, Yangon -

Myanmar kini menghadapi isolasi yang semakin meningkat dalam tindakan militer yang kian ketat. Pada Kamis (18/3/2021) layanan internet terbatas dan surat kabar swasta dipaksa berhenti terbit.

Badan pangan PBB pekan ini mengingatkan, kenaikan harga makanan dan bahan bakar di seluruh negeri dapat merusak kemampuan keluarga miskin untuk memberi makan diri mereka sendiri.

Baca Juga: Gawat! Hampir Semua Surat Kabar Myanmar Diberedel, Kondisinya Kini...

"Apapun yang terjadi di Myanmar dalam beberapa bulan mendatang, ekonomi akan runtuh, menyebabkan puluhan juta orang dalam kesulitan dan membutuhkan perlindungan segera," kata sejarawan dan penulis Thant Myint-U di Twitter.

Pihak berwenang telah membatasi layanan Internet yang digunakan pengunjuk rasa untuk mengatur jalannya demo damain. Akses ke Wi-Fi di tempat umum sebagian besar ditutup pada Kamis (18/3/2021) waktu setempat.

Penduduk beberapa kota, termasuk Dawei di selatan, melaporkan tidak ada Internet sama sekali. Kantor Berita swasta Tachilek di timur laut menerbitkan foto-foto pekerja yang memotong kabel yang dikatakan sebagai sambungan serat dengan negara tetangga Thailand.

Namun, Reuters tidak dapat memverifikasi laporan tersebut. Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan telepon untuk meminta komentar menyoal tindakan junta memutus internet.

Informasi di dalam negeri menjadi semakin sulit untuk diverifikasi. Kantor Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa mencatat, lebih dari 35 jurnalis telah ditangkap, termasuk 19 orang yang masih ditahan.

Sementara, pihak berwenang telah memerintahkan beberapa surat kabar untuk ditutup. Sementara kantor surat kabar yang lain tampaknya terpaksa tutup karena alasan logistik. Koran swasta terakhir berhenti terbit pada Rabu.

Namun, media yang dikelola negara tidak terpengaruh. Televisi pemerintah melaporkan pada Rabu malam bahwa Aung San Suu Kyi sedang diselidiki karena penyuapan sehubungan dengan menerima empat pembayaran senilai 550 ribu dolar AS dari seorang pengusaha terkemuka.

Pengembang properti Maung Weik, dalam komentar yang disiarkan di buletin berita televisi pemerintah, mengatakan dia telah memberi Aung San Suu Kyi empat pembayaran, mulai dari 50 ribu dolar AS hingga 250 ribu dolar AS pada 2019 dan 2020, ketika dia memimpin pemerintahan sipil pertama dalam beberapa dekade.

"Menurut kesaksian U Maung Weik, Aung San Suu Kyi bersalah atas penyuapan dan komisi antikorupsi sedang menyelidiki untuk mengambil tindakan berdasarkan undang-undang antikorupsi," kata televisi pemerintah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: