Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masih Ngaku-Ngaku Jadi Ketum Demokrat, Ujung-ujungnya Pak Moeldoko Dikatain Nggak Punya...

Masih Ngaku-Ngaku Jadi Ketum Demokrat, Ujung-ujungnya Pak Moeldoko Dikatain Nggak Punya... Kredit Foto: Antara/Endi Ahmad
Warta Ekonomi, Jakarta -

Politikus Partai Demokrat, Cipta Panca Laksana, meniilai aksi Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko yang turut mengucapkan duka atas bencana yang terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak memiliki rasa malu. Hal itu lantaran Moeldoko mengucapkan duka atas nama Ketua Umum Partai Demokrat.

Pasalnya, dengan mengakui diri sebagai Ketum Demokrat, artinya Moeldoko melanggar aturan yang dibuat Pemerintah.

Baca Juga: Gak Ada Nyerah-nyerahnya, Gerombolan Moeldoko Tuntut Kubu AHY Ganti Rugi Rp100 M!

Diketahui, Kementerian Hukum dam HAM (Kemenkum HAM) telah resmi menolak untuk mengesahkan KLB Partai Demokrat yang digelar di Deli Serdang, Sumatera Utara.

"Nggak punya malu. Pejabat setingkat Kepala Staf Presiden saja berani secara terbuka melanggar aturan hukum. Sudah ditolak pemerintah masih saja ngaku-ngaku. Halu tingkat tinggi. Ibarat orang pacaran, ditolak tapi tetap mengaku pacar. Ambyar," sindirnya, Selasa (6/4/2021).

Sebelumnya, Moeldoko turut mengucapkan duka atas bencana yang terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Saya, Dr. Moeldoko, Ketua Umum DPP Partai Demokrat beserta keluarga besar Partai Demokrat di seluruh Tanah Air menyampaikan duka cita mendalam kepada saudara-saudara kami di NTT dan NTB yang ditimpa musibah bencana alam," ujar Moeldoko lewat rilisnya, Selasa (6/4/2021) kemarin.

Bahkan, mantan Panglima TNI tersebut mengajak seluruh pihak untuk saling bahu-membahu guna mengatasi bencana tersebut. 

"Kami mengapresiasi langkah-langkah strategis yang sudah diambil pemerintah dan mendorong agar tempat penampungan sementara sudah dapat difungsikan maksimal dalam waktu secepatnya," katanya.

Baca Juga: Sudah Ditolak Mentah-mentah oleh Pemerintah, Kubu Moeldoko Pantang Menyerah, sampai Teriak: SBY...

"Partai Demokrat siap bahu-membahu bersama pemerintah dalam membantu korban bencana alam di NTT dan NTB," ujarnya. 

Baca Juga: Ucapkan Duka Cita Ke Warga NTT Pakai Jabatan Ketum Demokrat, Moeldoko Habis Dinyinyirin: Ngaku-ngaku

Baca Juga: Sudah Kocar Kacir Moeldoko Cs Mau Kuliti Pepo Ayah Pangeran Cikeas, Eh Berujung Dikata-katain

Baca Juga: Gak Ada Nyerah-nyerahnya, Gerombolan Moeldoko Tuntut Kubu AHY Ganti Rugi Rp100 M!

Warganet ikutan mengomentari manuver Moeldoko ini. Akun @anisfauzan1 menilai Moeldoko pantang menyerah nyerempet nekat.

"Seperti orang yang baru saja ditolak cewek tapi tetap nekat ngaku pacar," ujarnya. "Percaya diri banget ya? Ngaku-ngaku Ketum!" timpal @ariesuryana06.

"Apa nggak malu ya?" ujar @setiorudito.

Akun @AhmadNgemil mengucapkan salut atas “kegigihan” Moeldoko. “Rupanya beliau sebagai Ketum punya semboyan Teguh Kukuh Berlapis Tembok,” kicaunya.

Akun @ekojhones meminta Moeldoko punya malu sedikit. Apalagi, kepengurusan dia ditolak pemerintah.

"Sakit kayaknya bapak ini, sudah jelas sama pemerintah ditolak masik maksa mengaku ketua umun Demokrat, mbok ya punya malu sedikit gitu loh. Kasihan amat di masa tuanya Moeldoko tidak menikmati hidupnya, malah menistakan diri dengan mengaku sebagai ketum partai orang lain. Wibawa Jenderal pun tercabik," bebernya.

Pengamat komunikasi politik Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, menyarankan Moeldoko supaya mendirikan partai baru untuk menjadi kendaraan politik menuju Pilpres 2024. Menurut dia, posisi Moeldoko yang masih keukeuh mengklaim diri sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang sudah lemah karena sudah ditolak Kementerian Hukum dan HAM.

Dia melihat, langkah kubu Moeldoko yang meneruskan kisruh Demokrat sampai ke PTUN bukanlah langkah yang tepat. Secara psikologis politik, langkah ke PTUN hanya akan menambah beban politik mantan Panglima TNI tersebut. Terlebih bila nanti PTUN juga menolak gugatan mereka di persidangan.

"Publik juga akan semakin tidak percaya kepada Partai Demokrat versi KLB," ujar Najmuddin.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: