Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sony Subrata: Waspada Propaganda Komputasional di Indonesia!

Sony Subrata: Waspada Propaganda Komputasional di Indonesia! Kredit Foto: Dewan Pers
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat komunikasi publik Sony Subrata menyebut, penggunaan teknologi internet dan platform media sosial (medos) sekarang ini bisa menimbulkan masalah yang sangat serius bagi tatanan demokrasi sebuah negara apabila salah dalam penggunaannya. Namun, juga bisa memiliki dampak positif jika digunakan dengan sebaik-baiknya.

Buku Tarung Digital, Propaganda Komputasional di Berbagai Negara karangan Anggota Dewan Pers Republik Indonesia Agus Sudibyo, yang mulai diluncurkan pada hari Kamis (8/4/2021) di Jakarta, telah banyak mengupas tentang liku-liku pemanfaatan ruang digital (dalam hal ini adalah teknologi internet dan media sosial) dalam kegiatan elektoral yang terjadi di negara sahabat seperti Amerika Serikat, Brazil, India, dan Inggris.

Baca Juga: Menantu Donald Trump Akan Bikin Buku Pengalaman Bekerja di White House

"Propaganda komputasional telah menjadi sebuah fenomena global. Propaganda yang membenarkan muslihat, manipulasi, dan penyebaran kebencian itu telah terjadi di berbagai negara. Oleh karenanya, propaganda komputasional saat ini perlu diwaspadai keberadaannya di Indonesia," ujar Sony Subrata saat menghadiri acara peluncuran buku Tarung Digital secara virtual, di Jakarta.

Lebih lanjut Sony Subrata juga menilai, saat ini perlu membangun kewaspadaan publik terhadap praktik propaganda komputasional yang lazimnya mengiringi momentum pemilihan umum atau suksesi kepemimpinan. Dengan demikian, masyarakat Indonesia bisa lebih berhati-hati terhadap segala rupa informasi yang beredar di ranah digital atau media sosial, serta lebih rasional dan penuh perhitungan dalam menentukan pilihan politik.

"Hal yang tak kalah penting, kita juga mesti berusaha menghindarkan pengguna internet dari keadaan-keadaan yang merugikan atau membahayakan kehidupan bersama maupun pribadi. Maka, faktor kuncinya adalah memahami sejauh mana kita dapat melakukan gerakan literasi untuk mendorong publik 'mengetahui lebih banyak' tentang dunia digital," sambungnya.

Pada akhirnya, Sony Subrata berharap, pemanfaatan ataupun penyalahgunaan platform media sosial seperti Twitter, Facebook, YouTube, Instagram, dan TikTok perlu menjadi perhatian pemerintah Indonesia dewasa ini agar masyarakat Indonesia bisa terhindar dari jeratan hal-hal negatif saat menggunakan media sosial.

"Walaupun banyak informasi positif yang bisa disebarkan melalui kanal-kanal media sosial tersebut, informasi yang setengah benar, informasi benar yang dicampur dengan yang tidak benar, ataupun informasi yang sama sekali tidak benar juga dengan mudah dan cepat dapat disebarkan melalui kanal-kanal yang sama. Karenanya, perlu menjadi perhatian Pemerintah Indonesia agar masyarakat Indonesia bisa terhindar dari hal-hal negatif," tutup Sony.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: