Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ancaman Kekerasan Diramalkan Meningkat saat Netanyahu Dilengserkan, Ini Alasannya

Ancaman Kekerasan Diramalkan Meningkat saat Netanyahu Dilengserkan, Ini Alasannya Kredit Foto: AP Photo/Tsafrir Abayov
Warta Ekonomi, Tel Aviv -

Kepala dinas intelijen Israel Shin Bet, Nadav Argaman telah mengeluarkan peringatan pada Sabtu (5/6/2021) tentang kemungkinan terjadinya kekerasan dalam periode transisi politik. Benjamin Netanyahu kemungkinan akan lengser setelah 12 tahun menjabat sebagai perdana menteri.

"Kami baru-baru ini mengidentifikasi peningkatan wacana kekerasan dan hasutan yang semakin ekstrem terutama di jejaring sosial. Wacana ini dapat ditafsirkan di antara kelompok atau individu tertentu, sebagai salah satu yang mengizinkan aktivitas kekerasan dan ilegal yang bahkan dapat menyebabkan kerusakan fisik," ujar Argaman.

Baca Juga: Orang Dekat Netanyahu Berjatuhan, Usai Trump, Akankah Narendra Modi Ikut Lengser?

Pemimpin oposisi tengah Israel Yair Lapid mengumumkan pada Rabu (2/6/2021) lalu bahwa ia telah berhasil membentuk koalisi pemerintahan setelah pemilihan 23 Maret. Mereka sepakat untuk mengambil alih kepemimpinan yang dipegang oleh Netanyahu selama 12 tahun. 

Yair Lapid, seorang sentris dari Partai Yesh Atid (Ada Masa Depan), dan Naftali Bennett, seorang ultranasionalis dari Partai Bennett Yamina (Kanan), mengumumkan kesepakatan itu setelah mereka berhasil menyusun pemerintahan koalisi dengan sejumlah partai dari seluruh spektrum politik.

Lapid berhasil mengumpulkan tanda tangan dari tujuh partai yang menandakan kesediaan mereka untuk membentuk koalisi yang akan membentuk pemerintahan baru Israel. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, partai Islamis Arab ikut bergabung dengan koalisi pemerintahan Israel.

Pemerintahan dari koalisi yang baru terbentuk itu terdiri atas berbagai partai. Selain Partai Yesh Atid dan Partai Bennett Yamina, Lapin juga mendapat dukungan dari Partai Israel Beiteinu (Israel Rumah Kita) yang dipimpin oleh Avigdor Lieberman, serta Partai Kahol Lavan (Biru dan Putih) yang dipimpin oleh Benny Gantz.  

Kemudian Partai Buruh yang dipimpin oleh Merav Michaeli, partai sosial-demokrat Meretz yang dipimpin oleh Nitzan Horowitz, serta Partai Ra'am (Partai Arab Bersatu) yang dipimpin oleh Mansour Abbas.

Sebelum ada kesepakatan untuk membentuk pemerintahan baru, Bennett telah berjanji bahwa dirinya tidak akan bergabung dengan Lapid atau partai Arab manapun dalam koalisi. Sejak Bennett mengumumkan bergabung dengan Lapid, dinas keamanan telah meningkatkan perlindungan. 

Aksi demonstrasi sayap kanan digelar di dekat rumah anggota partai Bennett. Para demonstran mengajukan seruan agar Bennett tidak bergabung dengan koalisi Lapid. Bennett akan mengisi posisi perdana menteri selama dua tahun. Setelah itu, jabatan itu bakal diemban dengan Lapid.

Argaman meminta para pemimpin politik dan agama untuk menunjukkan tanggung jawab dalam meredam potensi hasutan. Peringatan Argaman mengingatkan dengan insiden pembunuhan perdana menteri Yitzhak Rabin pada 1995. Rabin ditembak oleh seorang ultra-nasionalis Yahudi karena mengejar kesepakatan tanah untuk perdamaian dengan Palestina.

Lapid dan Bennett mengatakan mereka berharap pemerintahan baru dapat menyembuhkan perpecahan politik yang mendalam di antara orang Israel, dan mengakhiri kebencian.

Sebuah jajak pendapat oleh televisi Israel N12's Meet the Press pada Sabtu menunjukkan bahwa 46 persen orang Israel mendukung pemerintah Bennett-Lapid, sementara 38 persen memilih untuk menunggu pemilihan umum yang kelima dalam waktu sekitar dua tahun. Sebanyak 15 persen lainnya tidak menyatakan preferensi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: