Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Target Jadi Price Setter Sawit Dunia, Berikut 5 Benefit bagi Indonesia

Target Jadi Price Setter Sawit Dunia, Berikut 5 Benefit bagi Indonesia Kredit Foto: Antara/Aswaddy Hamid
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian, Emil Satria, menyebut, Indonesia ditargetkan akan menjadi penentu harga (price setter) kelapa sawit dunia pada 2045 mendatang.

Lebih lanjut dikatakan Emil, hal tersebut sejalan dengan visi pemerintah, yakni menjadi pusat produsen dan konsumen produk minyak sawit dunia dengan empat fokus hilirisasi, yaitu pangan (food), bahan bakar (fuel), bahan kimia (fine chemical), dan limbah (fiber). Perlu diketahui, hilirisasi kelapa sawit adalah mengolah buah sawit menjadi produk jadi yang memiliki nilai tambah, seperti margarin (lemak pangan), kosmetik, minyak goreng, cokelat, dan sebagainya.

Baca Juga: Ukir Sejarah, Program Replanting Sawit Pertama di Muba Tunjukkan Keberhasilan Nyata

"Roadmap (peta jalan) hilirisasi industri kelapa sawit nasional diharapkan pada 2045 kita menjadi pusat produsen dan konsumen produk minyak sawit dunia sehingga bisa menjadi price setter (penentu harga) CPO global," ungkap Emil pada webinar INDEF, Senin (7/6/2021).

Emil optimis, target tersebut dapat dicapai mengingat Indonesia merupakan produsen dan eksportir minyak sawit terbesar nomor satu di dunia. Data mencatat, pada tahun 2020, Indonesia menyumbang 37,3 persen dari total ekspor minyak sawit dunia. Kemudian, diikuti Malaysia sebesar 19,3 persen dan Thailand sebesar 3,1 persen. Tidak hanya itu, Indonesia juga merupakan pangsa pasar minyak sawit terbesar dunia, yakni 55 persen dari total pasar minyak sawit dunia.

Menurut Emil, visi pemerintah untuk menjadi pusat produsen dan konsumen produk minyak sawit dunia tersebut memiliki lima manfaat. Pertama, menggerakkan kegiatan ekonomi produktif melalui industrialisasi guna mencapai substitusi impor dan promosi ekspor, sekaligus mendatangkan devisa negara; mencapai kedaulatan pangan dan kedaulatan energi melalui pemanfaatan bahan bakar nabati. Kedua, menyehatkan neraca perdagangan RI dan memperkuat nilai tukar rupiah.

Ketiga, mencapai kedaulatan pangan dan kedaulatan energi melalui pemanfaatan bahan bakar nabati. Keempat, menjadi penggerak pembangunan daerah sentra produsen sawit dan perekonomian nasional, khususnya untuk daerah 3T (terluar, tertinggal, dan terdalam). Kelima, mengendalikan emisi melalui penggunaan bahan bakar dan industri perkelapasawitan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: