Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kasus Covid-19 Kian Melonjak, BOR Daerah Sudah Mulai Masuk Fase Kritis

Kasus Covid-19 Kian Melonjak, BOR Daerah Sudah Mulai Masuk Fase Kritis Kredit Foto: Antara/Kompas/Heru Sri Kumoro/Pool
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bed occupancy rate (BOR) atau ketersediaan tempat tidur rumah sakit di beberapa daerah mulai memasuki fase kritis, terutama di DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan dalam skala nasional BOR belum mencapai 50 persen, namun ketersediaan tempat tidur di beberapa kota sudah semakin menipis.

Baca Juga: Ngeri!!! Pemprov DKI Prediksi Angka Harian Covid 19 Bisa Tembus 70 Ribu

"BOR di nasional memang belum sampai 50 persen, sekitar 40 persen. Tapi, kota-kota tertentu termasuk DKI sudah kritis. Jawa tengah, Kudus dan sekitarnya, Jawa Timur juga mulai kritis. Kan berbahaya itu," jelas Maxi dalam dialog virtual, Rabu (23/6/2021).

Oleh karena itu, Kemenkes berkoordinasi dengan seluruh rumah sakit agar bisa meningkatkan ketersediaan tempat tidur untuk pasien Covid-19.

"Pemerintah menyiapkan semua RS pusat dan daerah untuk konversi jumlah tempat tidur menjadi 32-45 persen," ujarnya.

Dia juga menyampaikan ada beberapa RS swasta yang turut berpartisipasi sebagai penyedia layanan bagi pasien Covid-19.

"Memang ada RS yang hibahkan 100 persen untuk Covid-19 dari swasta. Ini bagus karena memang perlu kebersamaan dan solidaritas," lanjutnya.

Dia mengimbau masyarakat untuk kembali patuh pada penegakkan protokol kesehatan. Meskipun hadirnya varian baru yang memiliki tingkat kecepatan penularan sangat tinggi, namun faktor lain yang menyebabkan terjadinya kelonjakan kasus adalah perilaku masyarakat yang mulai abai dengan prokes.

"Kalau protokol kesehatan kita jalan bagus, orang masih setia memakai masker, kemudian menjaga jarak dan menjauhi kerumunan, saya kira seharusnya bisa. Tapi, ternyata protokol kesehatan mulai kendor, kemudian ada varian baru. Di situlah kasus meningkat secara tajam," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: