Melampaui Grameen Bank, PNM Jadi Penyalur Pembiayaan Mikro Terbesar di Dunia
PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM PNM berhasil menjadi perusahaan penyalur pembiayaan berbasis kelompok mikro terbesar di dunia dengan jumlah nasabah aktif hampir mencapai 9,6 juta per April 2021.
Kemampuan PNM melayani the bottom of pyramid pelaku usaha di Indonesia ini diyakini semakin kokoh, seiring pertumbuhan bisnis dan aktivitas pemberdayaan perseroan ke depan yang makin besar pasca integrasi ekosistem BUMN di sektor ultra mikro terbentuk.
Baca Juga: Sambut Holding BUMN Usaha Mikro (UMi), PNM Jamin Akses Pendanaan Nasabah Lebih Murah dan Cepat
Selama ini status perusahaan pembiayaan kepada pelaku usaha mikro dan masyarakat kurang mampu terbesar di dunia disandang Grameen Bank asal Bangladesh. Namun pada April lalu, PNM telah dapat melampaui dan menyusul capaian jumlah nasabah aktif PNM yang mengungguli Grameen Bank.
Direktur Utama PNM Arief Mulyadi mengatakan per April 2021, total nasabah Grameen Bank sebanyak 9,3 juta orang yang termasuk di dalamnya nasabah individual, nasabah komersial, walaupun masih didominasi nasabah dari segmen ultra mikro.
Posisi April lalu, PNM sudah terbesar di dunia, dengan total nasabah aktif segmen ultra mikro sebesar 9,5 juta,” kata Arief.
Nasabah aktif tersebut artinya pelaku usaha tengah menjalani berbagai program pemberdayaan dan memiliki outstanding pembiayaan dari PNM. Saat ini PNM mencatat pertumbuhan nasabah ultra mikro yang terus bertambah setiap harinya, hingga per posisi Rabu (16/6) berjumlah 9.757.437 nasabah.
Arief menuturkan, pertumbuhan bisnis dan aktifitas pemberdayaan PNM ke depan berpotensi makin besar pasca terbentuknya Holding BUMN Ultra Mikro (UMi). Integrasi data pelaku ultra mikro nasional akan semakin solid karena holding tersebut.
Kondisi itu diyakini membuat pemberdayaan bagi pelaku UMKM yang dijalankan PNM bersama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI selaku induk holding dan PT Pegadaian (Persero), akan menjadi lebih baik.
Hal tersebut diharapkan mendorong PNM untuk mempercepat upaya ‘menaik kelaskan’ pelaku usaha ultra mikro. Arief juga menyebut cost of fund (CoF) PNM akan menjadi lebih murah pasca adanya holding, sehingga dapat menekan suku bunga pembiayaan ke pelaku ultra mikro ke depan, sebagaimana yang selalu diingatkan Pemerintah.
"Saat ini CoF kami sudah baik. Rating surat utang kami dan kepercayaan investor terus meningkat. Dengan Holding, rating ini akan semakin baik lagi. Kami juga memiliki kesempatan mendapat pembiayaan langsung dari BRI. Itu pun juga murah," sebutnya.
Kendati akan ‘menempel’ pada induk holding, Arief memastikan perseroan tetap memperhatikan arahan dan harapan Presiden Joko Widodo dalam memperluas pembiayaan ultra mikro. Menurutnya, presiden sudah meminta PNM dapat menembus 10 juta nasabah tahun ini, dan menargetkan dapat melayani sekitar 15 juta nasabah pada 2024.
Dia pun menekankan, pasca holding ciri khas PNM yang mengedepankan pola pemberdayaan dalam penyaluran pembiayaan kepada pelaku usaha ultra mikro tak akan hilang. Pemberdayaan usaha ultra mikro akan tetap menonjol karena metode penyaluran pembiayaan PNM dilakukan berbasis kelompok.
Sebelum memberikan pembiayaan, PNM meminta calon nasabah untuk mengumpulkan calon-calon nasabah lain yang dapat diterima, diyakini dan dipercaya, serta mau memulai atau mengembangkan usahanya. Umumnya satu kelompok pembiayaan PNM terdiri dari 10-30 orang.
Setelah para calon nasabah terkumpul, PNM lantas melakukan edukasi dan pemberdayaan sebelum menyalurkan pembiayaan. Apabila pelatihan sudah dilakukan, maka pembiayaan disalurkan PNM dengan nominal awal yakni Rp2 juta atau Rp2,5 juta bagi tiap nasabah.
Pinjaman tersebut bertenor satu tahun, dan dapat dicicil setiap pekan, kecuali pada 2 minggu pertama dan di saat Hari Raya. Arief menyebut, pola pembiayaan yang dilakukan PNM memakai sistem tanggung renteng.
Artinya, setiap pembiayaan dan risiko yang muncul menjadi tanggung jawab bersama para nasabah di kelompoknya. Sistem tanggung renteng sangat membantu nasabah maupun PNM karena dapat membangun semangat kebersamaan, sekaligus menjaga kualitas pinjaman. Buktinya, saat ini rasio NPL PNM berada di bawah 0,1% atau tepatnya 0,09%.
"Makanya sejak 2016, NPL kami tidak pernah lebih dari 0,1% karena tanggung renteng. Bahkan, pelaku ultra mikro ini membangun soliditas, dan empati bersama sehingga membantu semua anggotanya untuk tetap memiliki kinerja baik," imbuhnya.
Per 31 Maret 2021, PNM behasil menorehkan hasil positif. Hal tersebut tercermin dari pencapaian aset sebesar Rp35,1 triliun, ekuitas sebesar Rp5,8 triliun, pendapatan usaha sebesar Rp1,8 triliun dan laba bersih sebesar Rp186 miliar.
Sebelumnya, pada Senin (14/6) BRI menerbitkan keterbukaan informasi perihal aksi korporasi dalam rangka pembentukan holding ultra mikro yang melibatkan perseroan dengan PNM dan Pegadaian. Bank milik Himbara itu akan menerbitkan saham baru alias rights issue sebanyak-banyaknya 28,67 miliar saham.
Pemerintah sebagai pemegang saham pengendali BRI (56,75%) akan mengambil bagian atas seluruh Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Jalan tersebut ditempuh melalui proses inbreng saham seluruh saham seri B milik pemerintah di PNM dan Pegadaian. Pemerintah tetap mempertahankan kepentingan pengendali dengan menyisakan kepemilikan 1 saham Seri A Dwiwarna.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: