Haru Biru Kisah Sukses Anak Penjual Kain, Kini Miliki Kerajaan Properti!
Dari toko kain, Teguh mulai melirik bisnis kontraktor. Barulah merambah bisnis properti. Pada saat itu, Indonesia sangat makmur karena harga minyak sangat bagus, dolar masih sangat murah, bahkan harga 1 gram emas hanya Rp500 sehingga 1kg hanya Rp500 ribu. Dalam 50 tahun, kenaikan emas 1.800 kali lipat. Pada tahun 1970-1980, Teguh menjalani bisnis kontraktor.
Hingga suatu hari, Teguh berpikir bahwa Indonesia sangat makmur dan cukup. Beras murah dan banyak, pabrik-pabrik kain tumbuh dengan baik, sehingga sandang dan pangan di Indonesia tumbuh sangat baik, tetapi 'papan' kurang. Karena itu Teguh mengambil langkah berbisnis properti dengan membangun rumah untuk prajurit atau ABRI. Teguh termasuk ke dalam kloter pembangunan rumah ASABRI pada tahun 1980-an. Toko kain pun ditutup dan Teguh mulai mencari tanah berhektar-hektar.
"Sukses itu membutuhkan 100 langkah, 1000 langkah. Kita ini bukan mendadak pintar, tapi learning by doing," tukas Teguh. "Karena kita sering gagal, kita belajar dari kegagalan ini sehingga menjadi kekuatan," lanjutnya.
Saat masih berproses menjadi pengembang properti, Teguh pernah ditipu dengan surat-surat palsu. Karena itu, Teguh mengungkap pembebasan lahan itu butuh keuletan dan ketelitian yang luar biasa. Saat itu, hampir setiap Sabtu dan Minggu, Teguh dan istri keliling mencari tanah.
Pada tahun 1978, saat devaluasi melanda Indonesia, Teguh tidak terdampak karena tidak memiliki utang dan memiliki cashflow yang baik.
Teguh mengungkap secara makro, pandemi Covid-19 ini sangat berat. Tetapi untunglah Teguh bertahan karena perusahaannya sehat. Terlebih, ia sudah terlatih dalam krisis seperti tahun 1998 dan 2008. Bahkan, pada krisis 2008, perusahaan Teguh tidak terdampak sama sekali, malahan ia ekspansi ke sana sini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: