Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Si Biang Kerok! Tas Nuklir Presiden Amerika yang Picu Banyak Kejadian Penuh Tanya

Si Biang Kerok! Tas Nuklir Presiden Amerika yang Picu Banyak Kejadian Penuh Tanya Kredit Foto: Reuters/Lindsey Wasson
Warta Ekonomi, Washington -

Tas koper tersebut menyimpan kode yang akan digunakan presiden untuk mengotentikasi sebuah perintah untuk meluncurkan rudal nuklir saat dia tidak berada di Gedung Putih

Pengawas Pentagon (kementerian pertahanan AS) mengatakan pada Selasa (20/7/2021), mereka akan mengevaluasi protokol keselamatan seputar "nuclear football" atau tas nuklir yang berbentuk tas koper berisi kode yang diperlukan Presiden AS untuk melakukan serangan nuklir.

Baca Juga: Dewan Keamanan Iran Tolak Usulan Pemulihan Kesepakatan Nuklir, Waspada Jika Ini Terjadi...

Salah satu tas nuklir tersebut nyaris berada dalam jangkauan para perusuh yang menyerbu gedung kongres AS, Capitol, pada 6 Januari.

Dalam sebuah pemberitahuan singkat, kantor Inspektur Jenderal mengatakan mereka akan mengevaluasi sejauh mana pejabat Pentagon dapat mendeteksi dan merespons jika Koper Darurat Presiden itu "hilang, dicuri atau disusupi".

"Kami dapat merevisi tujuan itu saat evaluasi berlangsung," kata mereka.

Seorang pejabat AS, tanpa mau disebut namanya, mengatakan kekhawatiran seputar pengepungan 6 Januari telah mendorong evaluasi. Pada tanggal itu, Wakil Presiden Mike Pence berada di Capitol, ditemani seorang ajudan militer yang membawa tas nuklir cadangan, ketika gedung tersebut diserbu pendukung mantan Presiden Donald Trump.

Tas koper tersebut menyimpan kode yang akan digunakan presiden untuk mengotentikasi sebuah perintah untuk meluncurkan rudal nuklir saat dia tidak berada di Gedung Putih.

Rekaman video keamanan yang dipublikasikan dalam sidang pemakzulan Trump memperlihatkan Pence dan sang ajudan, yang membawa tas nuklir, diantar ke tempat aman ketika para pemrotes makin mendekati lokasi mereka.

"(Tas itu) Tak pernah dalam bahaya," kata seorang sumber yang mengetahui peristiwa itu.

Bahkan jika para perusuh berhasil mengambil tas nuklir itu, setiap perintah serangan nuklir masih perlu dikonfirmasi dan diproses oleh militer.

Namun peristiwa 6 Januari hanya satu dari sekian banyak kejadian selama pemerintahan Trump di mana keamanan tas nuklir mengundang pertanyaan.

Pada November 2017, ketika Trump berada di Beijing untuk bersantap siang bersama Presiden China Xi Jinping, seorang pejabat keamanan China bertengkar di ruangan lain dengan ajudan militer AS yang membawa tas tersebut.

Kepala staf Gedung Putih saat itu, John Kelly, seorang pensiunan jenderal, turun tangan dan terlibat pertengkaran fisik dengan pejabat China itu untuk memastikan tas nuklir tidak lepas dari tangan sang ajudan, kata mantan pejabat senior pemerintahan Trump.

Saat seorang pejabat AS berbicara dengan pejabat China tentang insiden itu, China ingin meminta maaf kepada Kelly. Namun Kelly menolak untuk memaafkan, kata pejabat tadi.

"Katakan pada mereka, mereka bisa datang meminta maaf kepada saya di Washington," kata Kelly, menurut pejabat itu.

Pada 20 Januari tahun ini, Trump bersikeras untuk meninggalkan Washington sebelum pelantikan Joe Biden. Artinya, tas nuklir itu harus dia bawa sampai Biden diambil sumpahnya.

Ditemani seorang ajudan militer pembawa tas nuklir, Trump berangkat ke Palm Beach, Florida, dan tas itu tetap berada di dekatnya sampai dia tak lagi menjadi presiden, kata seorang sumber yang mengetahui hal itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: