Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tentara Jerman Ogah Kembali ke Afghanistan, Ternyata Ini Alasannya...

Tentara Jerman Ogah Kembali ke Afghanistan, Ternyata Ini Alasannya... Kredit Foto: AP Photo/Hamed Sarfarazi
Warta Ekonomi, Berlin -

Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer menolak gagasan untuk mengerahkan kembali pasukan ke Afghanistan. Usulan tersebut muncul setelah Taliban merebut Kota Kunduz, kota di mana pasukan Jerman ditempatkan selama satu dekade.

Jerman adalah negara dengan jumlah pasukan terbanyak kedua di Afghanistan setelah Amerika Serikat (AS). Jerman kehilangan banyak pasukan di Kunduz. Kota tersebut menjadi tempat paling mematikan bagi pasukan Jerman sejak Perang Dunia II.

Baca Juga: Mata Utusan Khusus Amerika Tertuju ke Afghanistan, Siap Akhiri Agresi Mengerikan Taliban

Akhir pekan lalu, Taliban merebut tiga ibu kota provinsi. Kelompok pemberontak tersebut meningkatkan serangan sejak pasukan asing mulai mundur dari Afghanistan. "Laporan dari Kunduz dan tempat lain di seluruh Afghanistan sangat pedih dan menyakitkan," cicit Kramp-Karrenbauer di Twitter, Senin (9/8/2021).

"Apakah masyarakat dan parlemen siap mengirim pasukan bersenjata ke medan perang dan berada di sana dengan pasukan yang banyak untuk setidaknya satu generasi? Jika tidak maka bergabung bersama mitra-mitra Jerman untuk mundur adalah keputusan yang tepat," tambahnya.

Beberapa anggota partainya sendiri dari sayap konservatif ingin pasukan Jerman berpartisipasi dalam mengintervensi Taliban. Akan tetapi Kramp-Karrenbauer mengatakan mengalahkan kelompok tersebut memerlukan operasi militer yang lama dan sulit.

Sejak AS mengumumkan akan menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan pada 11 September bulan April lalu, kekerasan di Afghanistan meningkat tajam karena Taliban merebut banyak wilayah. Kramp-Karrenbauer menyalahkan mantan presiden AS Donald Trump yang terlalu meremehkan operasi di Afghanistan walaupun Presiden Joe Biden yang mengimplementasikan penarikan pasukan.

“Kesepakatan yang tidak menguntungkan antara Trump dengan Taliban adalah awal dari akhir,” katanya tentang kesepakatan yang dibuat Trump dengan milisi bersenjata itu tahun 2020.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: