Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel mengingatkan bahwa Indonesia harus mandiri di bidang kesehatan. “Indonesia harus mandiri dan merdeka dalam pengadaan obat, vaksin, dan alat-alat kesehatan,” katanya, Senin (16/8).
Hal itu ia ungkapkan menanggapi pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo di DPR RI, kemarin. “Kemandirian industri obat, vaksin, dan alat-alat kesehatan masih menjadi kelemahan serius yang harus kita pecahkan,” kata Presiden.
Baca Juga: Gobel Paparkan Visi 2051 untuk Kemakmuran Gorontalo
Presiden juga mengatakan, struktur ekonomi Indonesia 55 persen adalah kontribusi konsumsi rumah tangga. “Kita harus alihkan menjadi lebih produktif dengan mendorong hilirisasi, investasi, dan ekspor,” katanya. Karena itu, Presiden mengatakan, “Perluasan akses pasar bagi produk-produk dalam negeri menjadi perhatian serius pemerintah. Program Bangga Buatan Indonesia terus kita gencarkan.”
Sebagai wakil rakyat di parlemen, Rachmat Gobel sangat mendukung kebijakan dan pernyataan Presiden tersebut. “Kasus pandemi Covid-19 harus menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia. Ketergantungan kita terhadap impor obat, vaksin, dan alat-alat kesehatan telah menjadikan kita kesulitan untuk mendapatkannya, harganya menjadi mahal, dan yang utama mengancam nyawa rakyat kita,” katanya. Karena itu, ia menilai isu kesehatan telah menyangkut ketahanan nasional serta kedaulatan bangsa dan negara. Pandemi ini, katanya, juga telah memperlihatkan bahwa infrastruktur dan ekosistem kesehatan Indonesia ternyata tak kuat.
Karena itu, Gobel mengatakan, merdeka dan mandiri di bidang kesehatan tersebut harus dijabarkan lebih lanjut dengan menyiapkan infrastruktur dan ekosistemnya seperti regulasi, riset, investasi, industri kesehatan, layanan kesehatan, dan sumberdaya manusia. “Indonesia juga kaya bahan baku. Belanda dulu menjajah Indonesia karena mencari rempah-rempah dan herbal. Itu kan bagian dari dunia kesehatan juga,” katanya.
Gobel meminta pemerintah untuk bertindak nyata agar pidato Presiden menjadi terwujud. “Dorong investor untuk berinvestasi di bidang-bidang tersebut. Berikan kemudahan,” katanya. Jika sudah ada industri dalam negeri yang memproduksi obat, vaksin, dan alat-alat kesehatan maka pemerintah harus mengutamakan produk dalam negeri. “Harus ada pemihakan dan pengawalan khusus. Sehingga jangan sampai tong kosong nyaring bunyinya. Kadang-kadang ini masalah di tingkat pelaksana yang tidak memahami visi Presiden,” katanya.
Selanjutnya Gobel menyampaikan empat poin yang harus menjadi perhatian pemerintah.
Pertama, Indonesia harus mandiri dan merdeka di bidang kesehatan. Dari kasus pandemi Covid-19 ini kita benar-benar diperlihatkan bahwa kita sangat tergantung pada impor untuk pengadaan obat, vaksin, dan alat kesehatan. Sudah saatnya pemerintah membangun industri obat, vaksin, dan alat-alat kesehatan secara mandiri. Berikan insentif, lakukan perlindungan, dan berikan kemudahan terhadap industri obat, vaksin, dan alat-alat kesehatan dalam negeri.
Kedua, ketergantungan obat, vaksin, dan alat-alat kesehatan selain berdampak pada harga yang mahal dan menghabiskan devisa, juga menghadapi risiko kelangkaan di saat kita membutuhkannya. Inilah salah satu faktor yang membuat nyawa melayang. Lanskap dunia ke depan, setelah pandemi Covid-19, masih didominasi oleh masalah kesehatan. Indonesia telah berkali-kali menjadi korban dari penyakit akibat virus ini seperti flu burung, flu babi, dan sebagainya. Ini bukan hanya merongrong kesehatan rakyat tapi juga menggerus kualitas SDM, mengganggu ketahanan nasional, dan menggoyahkan ekonomi nasional.
Ketiga, program “Bangga Buatan Indonesia” jangan hanya menjadi slogan kosong dan menjadi tong kosong nyaring bunyinya jika tak dikawal dengan baik. Bapak Presiden telah membuat regulasi dan membuat kebijakan tentang TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri), namun semua itu butuh pengawalan di lapangan, khususnya dalam belanja pemerintah, belanja BUMN, dan dalam proyek-proyek pemerintah. Harus ada pemihakan dan pengawalan agar produk dalam negeri berdaulat di negerinya sendiri.
Keempat, penguatan industri dalam negeri ini selain bisa mengubah Indonesia dari negara konsumen menjadi negara produsen. Dari bangsa pedagang ke negara pencipta. Hal ini akan memberikan kebanggaan, harga diri, dan juga menyerap tenaga kerja serta meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Membangun industru itu bukan hanya soal tenaga kerja tapi kemampuan mencipta suatu produk.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: