Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Begini Cara Menjaga Psikologis Anak Selama Pembelajaran Daring

Warta Ekonomi, Jakarta -

Kebutuhan akses dan penggunaan internet di era pandemi Covid-19 ini meningkat dengan sangat pesat, salah satu penyebabnya adalah pembelajaran yang dilakukan secara daring.

Dalam konteks ini, guna mendorong pada pengalaman belajar peserta didik yang lebih berkesan dan dapat mencapai tujuan pembelajaran, perlu dirancang metode atau model pembelajaran daring yang sesuai dan efisien.

Hal demikian tidak terlepas dari bagaimana minat belajar adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk keberhasilan belajar yang dimiliki siswa, faktor dari luar minat belajar yaitu bagaimana cara guru tersebut mengajar.

Peran guru sangat penting untuk menumbuhkan minat belajar siswa salah satu dengan cara mengajar yang menyenangkan, memberikan motivasi yang membangun.

Dalam rangka edukasi yang lebih mendalam kepada tenaga pendidik dan peserta didik untuk menjaga kondisi mental dan fisik anak, minat belajar anak, dan optimalisasi kemampuan anak untuk belajar selama pembelajaran daring, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama GNLD Siberkreasi dan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menyelenggarakan Webinar Digital Society dengan tema "Pentingnya Memperhatikan Psikologis Anak selama Pembelajaran Daring”, pada Kamis, 2 September 2021.

Acara tersebut diselenggarakan secara daring melalui aplikasi Zoom dan disiarkan secara live streaming melalui kanal YouTube Kemkominfo TV, Siberkreasi, Direktorat Sekolah Dasar, Pendidikan.id, dan Facebook Page Siberkreasi.

Narasumber yang hadir antara lain Psikolog Klinis Anak dan Keluarga, Ike R.Sugianto, Psi., Analis Pengembangan Peserta Didik, Kemendikbud Ristekdikti, Enfira Yanuaristi, M.Psi., Learning Designer Kelas 3 dan 4 SD Sekolah Murid Merdeka, Desri Mutiara Putri, S.Hum., serta hadir pula Dirjen Aptika Kemkominfo, Samuel Abrijani Pangerapan, B.Sc, dan Direktur Sekolah Dasar Kemdikbudristek, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd. sebagai keynote speaker.

Acara dibuka oleh sambutan dari Sri Wahyuningsih yang mengatakan bahwa saat ini kita sedang mempersiapkan pembelajaran tatap muka secara terbatas, namun sekalipun nanti sudah normal dan dilakukan pembelajaran tatap muka secara seratus persen, manfaat teknologi digital dalam percepatan untuk akses akselerasi dan transformasi kegiatan belajar mengajar tetap harus kita gunakan.

“Saat ini kita sudah berada di kemajuan Industri 4.0, tentu kita harus mengejar ketertinggalan kita khususnya terhadap kualitas layanan pendidikan,” ungkap Sri.

Di kesempatan yang sama, Dirjen Semuel juga menyampaikan pesannya bahwa salah satu pilar penting dalam mendukung terwujudnya agenda transformasi digital adalah menciptakan masyarakat digital, di mana kemampuan literasi digital masyarakat memegang peranan penting di dalamnya.

"Dalam menghadapi perkembangan teknologi yang sangat cepat, literasi digital merupakan kunci dan pondasi utama yang harus kita semua miliki. Pemerintah akan terus melakukan upaya meningkatkan literasi digital masyarakat lewat berbagai macam inisiatif kegiatan,” kata Semuel.

Ike R. Sugianto menjelaskan bahwa belajar dari rumah tidak memberikan dampak negatif kepada psikologis siswa asalkan dibuat dengan menarik.

Kesehatan mental seluruh pihak yang terlibat di dalam proses pembelajaran ini baik siswa maupun guru perlu diperhatikan dengan cara mempelajari bagaimana cara membuat belajar daring yang menarik.

Salah satu tips yang diberikan Ike adalah: supaya siswa menyukai online learning, maka guru harus terlebih dahulu menyukai online learning.

“Bagaimana kita mau membuat belajar daring yang menyenangkan kalau secara pribadi kita sudah tidak suka?” tanya Ike.

Enfira Yanuaristi menambahkan adanya dampak “Learning Loss”, yaitu situasi dimana anak kehilangan pengetahuan dan keterampilan baik umum atau khusus atau kemunduran secara akademik akibat perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh yang menyebabkan kesenjangan capaian belajar, terutama untuk anak dari sosio-ekonomi berbeda.

"Learning Loss ini tidak semuanya berkaitan dengan pelajaran tetapi banyak juga pembelajaran yang hilang terkait dengan karakter, misalnya disiplin yang sudah ditanamkan sebelum pandemi ketika pagi-pagi harus bangun bersekolah dan aturan-aturan yang diterapkan sekolah itu mulai memudar,” ungkap Enfira.

Desri Mutiara Putri memperkenalkan Metode Belajar Blended Learning dan Project Based Learning yang diterapkannya di Sekolah Murid Merdeka.

Blended Learning yaitu mengkombinasikan praktek pendidikan konvensional (luring) dengan pendidikan berbasis digital (daring), sedangkan metode belajar Project Based Learning membuat murid tidak hanya belajar secara teori, namun memahami materi yang sedang dipelajari melalui praktek.

Lebih lanjut, Desri juga menyampaikan harapan satuan pendidikan terhadap Pemerintah. Desri berharap adanya tindak lanjut bersama terutama dalam fokus pembelajaran yang berbasis kompetensi bukan berbasis konten semata.

"Kami berharap tidak terlalu banyak materi-materi yang mengharuskan murid harus menghafal tetapi lebih memberikan bekal dan kemampuan dasar yang nantinya bisa membuat murid lebih merdeka berkarya di masa depan," kata Desri.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: