Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ahli Epidemiologi dari Amerika COVID Masih Lama, Apalagi Sekolah Sudah Dibuka

Ahli Epidemiologi dari Amerika COVID Masih Lama, Apalagi Sekolah Sudah Dibuka Sejumlah warga berfoto di Tugu Virus Corona di objek wisata Asia Farm di Kota Pekanbaru, Riau, Sabtu (26/12/2020). Tugu Virus Corona dibuat oleh pengelola objek wisata sebagai pengingat bagi pengunjung untuk tetap bisa berwisata dengan menerapkan protokol kesehatan pada masa pandemi COVID-19. | Kredit Foto: Antara/FB Anggoro
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebagian besar orang bertanya-tanya kapan pandemi Covid-19 berakhir. Para ahli pun telah memberikan prediksi, termasuk mendorong vaksinasi agar kekebalan kelompok segera tercipta.

Celine Gounder, MD, seorang ahli epidemiologi dan spesialis penyakit menular di Bellevue Hospital Center, New York City, baru-baru ini mengungkap akhir pandemi yang masih lama.

Kepada The New York Times, dia mengatakan bahwa meskipun angka kematian dan rawat inap tidak sebanyak tahun lalu, namun dunia belum sepenuhnya akan segera kembali normal sampai beberapa waktu musim berikutnya.

Meskipun vaksinasi semakin gencar, pandemi nyatanya diperkirakan tidak akan berakhir dalam waktu dekat.

Estimasi ini terutama disebabkan oleh strain Delta baru yang lebih menular dan musim sekolah yang kembali tatap muka.

“Banyak sekolah di seluruh negeri tidak menganggap ini serius tahun ini. Jadi Anda akan melihat transmisi dari sekolah kembali ke masyarakat,” kata kata Dr Gounder kepada The Times, dilansir Senin (6/9).

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Pediatrics, anak-anak kecil adalah vektor yang dapat diandalkan untuk virus corona baru (SARS-CoV-2) karena mereka memerlukan perawatan langsung dari anggota keluarga yang lebih tua dan mereka sendiri belum cukup umur untuk menerima vaksin.

Senada, Ahli virologi terkemuka lainnya khawatir bahwa kecepatan mutasi SARS-CoV-2 yang cepat dapat menumpulkan kemanjuran vaksin dan terapi klinis di masa depan. Bill Hanage, MD, ahli epidemiologi di Harvard TH menjelaskan delta menyumbang 99 persen dari kasus baru di AS.

Selama Pengarahan Gedung Putih baru-baru ini, Dr. Vivek Murthy, ahli bedah umum, mengatakan bahwa sistem kesehatan nasional akan mencoba untuk memastikan populasi yang terkena dampak secara tidak proporsional.

Ini termasuk populasi yang paling rentan, seperti penyedia layanan kesehatan, panti jompo, dan lansia lainnya.

"Kami juga akan mulai memberikan suntikan booster langsung ke penghuni fasilitas perawatan jangka panjang,” kata Dr Murthy.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: