Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini 4 Tantangan Proses Merger yang Dialami Bank Syariah Indonesia

Ini 4 Tantangan Proses Merger yang Dialami Bank Syariah Indonesia Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia, Hery Gunardi, mengakui betapa tidak mudahnya melakukan proses sinkronisasi atau penyatuan tiga entitas perusahaan, PT Bank Mandiri Syariah, PT Bank Nasional Indonesia Syariah, dan PT Bank Rakyat Indonesia Syariah, yang proses Project Management Office sudah dimulai sejak Maret 2020.

"Sebelumnya, yang tadinya kompetitor digabung menjadi satu dan tadi kulturnya berbeda digabungkan; yang tadinya orang punya pemikiran dan latar belakang berbeda digabungkan; dan lain sebagainya," ujarnya dalam webinar yang diselenggarakan Datacore bertema "Strategi Penyelamatan Perusahaan di Masa Pandemi Covid-19", Selasa (21/9/2021).

Baca Juga: Perkuat Ekosistem Industri Halal, BSI Gandeng UNS

Hery yang sebelumnya berasal dari Bank Mandiri menyebut, tantangan pertama yang dialami adalah perbedaan kultur perusahaan hingga menyebabkan perlunya perampingan SDM yang dilakukannya dengan proporsional.

Saat proses marger terjadi, setidaknya Bank Mandiri Syariah telah melakukan pengurangan karyawan sebanyak 5.000 orang. Selain dengan alasan pandemi yang melanda, juga disebabkan tidak adanya kesempatan untuk melakukan rasionalisasi korporasi. Perbedaan kultur tersebut disikapinya dengan membuat sistem BSI One Culture di tubuh Bank Syariah Indonesia.

"Tantangan kedua, bisnis proses dan risk management, masing-masing bank memiliki bisnis proses yang berbeda. Tentunya misi kita framework-nya mirip, tapi perlu ada penguatan yang ada di dalam BSI dengan saling mengomparasikan," katanya.

Hery mengatakan, tantangan ketiga yang dialaminya adalah teknologi. Sebab, ketiga bank yang tergabung memiliki platform masing-masing yang menurutnya tidak mudah untuk disatukan.

Kesulitan itu juga ditambah dengan nasabah yang sebelumnya berada di core banking masing-masing. Konsekuensi dari proses merger yang mengharuskan BSI melakukan proses migrasi ke sistem yang baru atau sistem survival yang digunakan hasil merger.

Yang keempat, data dan reporting masing-masing bank memiliki database yang beda, termasuk data enterprise dan reporting yang berbeda. Hery menyebut, perbedaan tersebut juga tidak mudah untuk dirapikan menjadi data dan reporting yang terintegrasi. Sebab, proses reporting ketiga bank tersebut berada langsung dalam pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sehingga dalam perjalananya, bank yang merger harus dalam kondisi sehat secara keuangan dengan menghasilkan profitabilitas yang baik.

"Ini pekerjaan yang multitasking dan simultan. Ini yang kami lakukan agar perbankan hasil merger ini tumbuh dan berdiri dengan baik," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: