Hasil rekonsiliasi yang dikoordinasikan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, pada tahun 2019, telah diidentifikasi luas tutupan kelapa sawit nasional 16,38 juta hektare.
Distribusi luas tutupan kelapa sawit tersebut yakni perkebunan rakyat (baik swadaya maupun kemitraan) seluas 6,72 juta hektare (41 persen); perkebunan negara 0,98 juta hektare (6 persen); dan perkebunan swasta sebesar 8,68 juta hektare (53 persen).
Baca Juga: Industri Kelapa Sawit Berkontribusi Besar Dalam Mengentaskan Kemiskinan
Bahkan, para ahli juga telah memproyeksikan, hingga tahun 2030, distribusi luas tutupan kelapa sawit akan didominasi oleh perkebunan rakyat hingga mencapai 60 persen. Sementara perkebunan swasta 36 persen, dan perkebunan negara 4 persen.
Data-data di atas menunjukan bahwa peranan perkebunan rakyat memiliki kontribusi yang signifikan dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Tak dapat dimungkiri, tantangan yang dihadapi minyak sawit Indonesia dalam kompetisi perdagangan minyak nabati dunia saat ini juga semakin kompleks. Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) diharapkan dapat menjadi hal yang bisa diterima secara global.
Peranan asosiasi petani kelapa sawit dan asosiasi pengusaha kelapa sawit diharapkan dapat duduk bersama dengan Pemerintah untuk mencari titik temu dalam menjawab tantangan pola kemitraan perkebunan kelapa sawit sehingga tercipta iklim usaha yang sehat di masa yang akan datang.
“Industri ini sangat strategis. Kami berharap semua komponen masyarakat termasuk juga Asosiasi Petani Kelapa Sawit PIR-Indonesia terus mengembangkan dan menjaga sustainability industri ini,” tutur Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam sambutannya pada webinar dengan tema 'Perkuat Kemitraan Petani Sawit dengan Pola Terkini untuk Masa Depan Sawit Indonesia Berkelanjutan', Selasa (5/10/2021).
Disampaikan Airlangga, ASPEKPIR-Indonesia juga dapat berkontribusi dengan membangun awareness dan persepsi positif industri kelapa sawit dengan menyampaikan informasi yang akurat dan benar terkait pembangunan kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia kepada khalayak umum.
Di samping itu, pengembangan pola-pola kemitraan perlu dilakukan guna menjawab tantangan dan tentunya untuk memperkuat supply chain, serta agar petani kebun juga mendapatkan fasilitas terutama untuk meningkatkan produktivitas sekaligus bisa mendapatkan pembiayaan.
“Saya yakin, ASPEKPIR-Indonesia mampu berperan secara nyata bersama Pemerintah serta stakeholder untuk membangun industri ini agar kuat, berkelanjutan, dan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia,” pungkas Airlangga.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: