Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kabar Buruk dari Covid-19 Malaysia dan Singapura, Indonesia Waspada Tingkat Tinggi

Kabar Buruk dari Covid-19 Malaysia dan Singapura, Indonesia Waspada Tingkat Tinggi Beberapa pasien mungkin berada dalam kondisi yang lebih buruk karena mereka tidak dapat pergi ke rumah sakit untuk kontrol rutin, kata Associate Professor Kenneth Mak. | Kredit Foto: Straits Times/Lim Yaohui
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ada kabar buruk dari Covid-19 Malaysia dan Singapura. Covid-19 di negeri tetangga itu tercatat paling ngeri se-ASEAN. Indonesia wajib waspada.

Di Malaysia, sebagian besar orang yang meninggal akibat covid-19 menderita diabetes dan hipertensi.

Baca Juga: 6 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Situasi Covid-19 Terkini Singapura

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Malaysia pada 28 Oktober, 37,3 persen kematian akibat covid-19 tahun ini memiliki latar belakang diabetes. Akselerasinya sekitar empat dari 10 kematian.

Wakil direktur divisi pengendalian penyakit kementerian Feisul Idzwan Mustapha menjelaskan pasien yang hidup dengan penyakit tidak menular berisiko lebih tinggi terkena infeksi yang lebih serius.

"Ini terutama untuk orang yang hidup dengan diabetes, terutama jika kondisi mereka tidak terkontrol dengan baik," kata Feisul dilansir The Straits Times, Senin (15/11/2021).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga ikut memberikan peringatan. Statistik yang ada memerlihatkan covid-19 di Malaysia dan Singapura paling ngeri se-ASEAN.

WHO mengumumkan pasien positif corona di Negeri Harimau Malaya bertambah 5.726 orang kemarin.

Selama seminggu terakhir, rata-rata pasien positif corona bertambah 5.765 orang per hari. Angkanya masih jauh di atas Indonesia.

Situasi di Singapura juga masih mencekam. Kemarin, WHO mencatat ada 3.277 orang pasien positif corona baru.

Rata-rata kasus positif harian di Negeri Singa dalam seminggu terakhir adalah 3.481 orang per hari. Naik dibandingkan rerata tujuh hari sebelumnya yaitu 3.217 orang setiap harinya.

Indonesia memang masih lebih baik. Tapi catatan kasus ini tak bisa dianggap enteng. 

Pergerakan manusia dari Malaysia dan Singapura masih terus terjadi. 

Indonesia masih sangat mungkin terpapar dampaknya lantaran dua negara tadi bertetangga dengan Indonesia.

"Ini yang selalu harus diwaspadai dan dicermati. Kasus-kasus yang melandai, yang menurun ini tidak selalu merefleksikan situasi yang sudah ada," kata pakar epidemilogi Griffith University, Dicky Budiman, Senin (15/11/2021).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) beberapa waktu lalu mengeluarkan pernyataan yang menyoroti tren peningkatan mobilitas masyarakat yang tampak di seluruh provinsi di Jawa dan Bali.

Khususnya, peningkatan mobilitas masyarakat di stasiun transit, ritel dan tempat rekreasi.

Peningkatan yang mencolok terlihat dalam mobilitas masyarakat di ritel atau pusat perbelanjaan, dan tempat rekreasi yang diamati di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Banten.

Dicky mengungkapkan evaluasi terakhir WHO juga mengungkapkan bahwa Indonesia masih dalam kelompok level transmisi penularan komunitas.

"Artinya, kasusnya banyak terjadi di masyarakat yang sebagian besar belum terdeteksi," ungkap Dicky.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: