Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rugi Enam Tahun Berturut-Turut, Perusahaan Ini Terpaksa Utang....

Rugi Enam Tahun Berturut-Turut, Perusahaan Ini Terpaksa Utang.... Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Century Textile Industry Tbk (Centex) menghadapi kesulitan keuangan selama enam tahun terakhir. Dengan modal kerja bersih dan ekuitas yang negatif, Centex memutuskan untuk berutang kepada PT Toray Industries Indonesia (TIN). 

Manajemen Centex mengungkapkan, nilai pinjaman yang diterima dari TIN mencapai US$30 juta atau sekitar Rp426 miliar (asumsi kurs Rp14.200 per dolar AS). Jumlah pinjaman tersebut setara dengan 82% aset Centex per 31 Maret 2021. Baca Juga: Dari Untung Jadi Buntung, Bisnis Properti Milik Keluarga Bakrie Sekarang Rugi Belasan Miliar Rupiah

Sokongan dana dari TIN tersebut dinilai akan sangat membantu Centex dalam mendapatkan sumber dana untuk memenuhi kebutuhan modal kerja dan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Salah satu pertimbangan dari transaksi tersebut ialah kondisi keuangan Centex yang tercatat merugi sejak tahun 2016 lalu. 

"Dari periode tahun 2016 sampai Juni 2021, Centex mengalami kerugian dan modal kerja negatif. Saldo rugi Centex masih tetap belum tertutup dan per 31 Maret 2021 masih terdapat akumulasi saldo rugi sebesar US$27,06 juta," tulis manajemen, Kamis, 9 Desember 2021. 

Manajemen mengatakan, penyebab kerugian pada tahun 2016 silam ialah permintaan pasar tekstil yang menurun di Amerika, Eropa, dan Jepang. Persaingan industri tekstil juga mempersulit keadaan. Pada saat yang sama, bahan baku kapas, bahan dalam proses, maupun barang jadi yang tersedia masih tinggi sehingga margin usaha dapat mengalami penurunan. 

Sementara pada tahun 2017, kinerja ekspor masih lambat meski pemulihan ekonomi mulai terjadi. Selain itu, harga bahan baku justru mengalami kenaikan sepanjang tahun. 

"Ini berdampak signifikan terhadap Centex, di sisi lain dalam hal persaingan pada biaya produksi tekstil melemah, terutama dalam hal item dasar. Alasan utama kenaikan biaya adalah biaya bahan kimia dan tenaga kerja," sambungnya.

Centex berhasil meningkatkan kapasitas produksi sampai 50% pada tahun 2018 dan adanya perangkat baru yang dapat menghasilkan produk bernilai tambah. Alhasil, Centex berhasil mengurangi beba manufaktur dengan meningkatkan efisiensi produksi. Namun, semua itu belum dapat membuat Centex mencatatkan keuntungan dan merugi US$205 ribu karena mengalami kerugian selisih kurs serta beban lainnya.

Faktor kerugian pada tahun 2019 tidak lain adalah perang dagang AS-China dan juga mulai mewabahnya virus Covid-19. Kondisi tersebut berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya, di mana permintaan pasar menjadi rendah akibat pandemi Covid-19.

"Hal ini menjadi beban berat bagi hampir seluruh industri yang menyebabkan omzet menurun drastis, di sisi lain Centex tetap membayarkan gaji kepada karyawan," katanya lagi.

Meski begitu, Centex optimis dapat mencapai pertumbuhan kinerja operasional dan keuangan dengan bantuan dana dari TIN. Hal itu diharapkan dapat memberikan kemampuan bagi Centex untuk membukukan laba bersih setiap tahunnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: