Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perdagangan Tidak Melihat Agama, Pengakuan JK: 90 Persen Buatan China...

Perdagangan Tidak Melihat Agama, Pengakuan JK: 90 Persen Buatan China... Kredit Foto: Instagram/Jusuf Kalla
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK), blak-blakan menceritakan pengalamannya saat pergi ke supermarket di Arab Saudi ketika melaksanakan umrah. Menurut Jusuf Kalla, saat di Arab Saudi, dia melihat di Daun supermarket yang dikunjunginya itu 90 persen barang-barangnya buatan China.

Hal tersebut diungkapkan Jusuf Kalla dalam acara Kongres Ekonomi Umat 2 Majelis Ulama Indonesia (MUI), Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat dengan tema "Arus Baru Penguatan Ekonomi Indonesia" di kanal YouTube Official TVMUI.

Baca Juga: Jusuf Kalla: Kebangkitan Saudagar Muslim Harus jadi Penyeimbang Perekonomian Bangsa

Menurut Jusuf Kalla, barang buatan China itu bukan hanya terdiri dari mangkuk dan piring-piring saja. Akan tetapi, ada sandal dan ikat pinggang yang dijual di dalam toko tersebut juga buatan China.

"Kita ketahui semua Daud supermarket, saya lihat barang-barang dari baju ihram, sandal, ikat pinggang, kopiah, eh bukan tidak ada kopiah umrah, semuanya buatan China. Piring-piring, mangkuk-mangkuk, macam-macam semuanya barang-barang yang ada 90 persen buatan China," jelas Jusuf Kalla dikutip GenPI.co, Senin (13/12).

Hal tersebut, kata Jusuf Kalla, makin menunjukkan bahwa perdagangan tidak melihat agama. Jusuf Kalla membeberkan, salah satu kunci sukses berdagang adalah mampu bersaing dan China bisa membuktikan itu.

"Artinya perdagangan itu tidak melihat agama, kalau di sisi agama, mustinya Saudi belinya di Indonesia karena mayoritas Islam, kenapa, karena dagang itu kuncinya bersaing sekarang ini, persaingan itu tiga hal, yang lebih baik, yang lebih cepat, dan lebih murah karena China bisa berbuat itu, maka ekonomi kita tidak bisa melawannya itu," bebernya.

Menurut Jusuf Kalla, orang China bisa lebih maju karena segala sesuatu yang dilakukan selalu ada takaran dan hitungannya. Di China, Jusuf Kalla mengatakan, satu keluarga bisa berprofesi sebagai pengusaha karena meneruskan usaha orang tuanya.

"Kenapa orang China bisa lebih maju, karena dia memulai dari hitung, dia ukur. Satu ada bapak 5 anak, anak ini semuanya dibelikan toko. Jadi pengusaha dari 1 menjadi 5. Kalau mulai punya anak, beli lagi di toko yang lain atau lebih besar lagi," jelas Jusuf Kalla.

"Makanya perlu kita tentu lihat, kita kadang-kadang satu pengusaha, satu anak jadi meneruskan, yang lainnya ini jadi tentara ingin jadi gubernur, ingin jadi bupati akhirnya tumbuhnya berkurang," imbuhnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: