Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Komitmen Pertamina Jalankan Investasi Produktif dan Menguntungkan Negara

Komitmen Pertamina Jalankan Investasi Produktif dan Menguntungkan Negara Kredit Foto: Pertamina
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Pertamina (Persero) terus berupaya memberikan performa terbaik untuk Indonesia. Di bawah kepemimpinan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Pertamina berhasil melakukan beberapa capaian positif untuk negara.

Dalam kurun waktu 2018 hingga 2020, perusahaan minyak dan gas milik negara ini mencatat total keuntungan perusahaan sebesar US$6,1 miliar. Di tahun 2018-2019, Pertamina untung di kisaran US$2,5 miliar.

Baca Juga: Pertamina Sukses Jalankan Uji Coba Penyaluran Minyak Pertama di Proyek Pipa Rokan

"Di tahun 2020 Pertamina menghadapi triple shock sebagai imbas dari pandemi. Meski demikian, Pertamina berhasil mencatat keuntungan sebesar US$1,1 miliar," ujar VP Corporate Communcation Pertamina Fajriyah Usman, dalam keterangan tertulis, Selasa (1/2/2022).

Fajriyah mengatakan, pencapaian keuntungan tersebut merupakan hasil kinerja yang luar biasa dari seluruh manajemen dan pekerja Pertamina selama pandemi Covid-19. Di tengah tantangan pandemi, Pertamina justru secara konsisten tetap mengoperasikan seluruh aktivitas produksinya dari hulu ke hilir, serta menggerakkan seluruh mitra bisnis pada ekosistem bisnis proses Pertamina dan sektor energi Indonesia.

"Karena hampir seluruh perusahaan di dunia merasakan dampak negatif akibat pandemi. Bahkan, sebagian besar perusahaan migas global justru mengalami kerugian dan melakukan PHK banyak pekerjanya," kata Fajriyah.

Pertamina juga mendapatkan pengakuan dari masyarakat dunia. Dari tiga lembaga pemeringkat utang (credit rating agency) internasional menunjukkan bahwa Pertamina mampu mengelola keuangan dan investasi secara prudent sehingga termasuk dalam kategori perusahaan sehat.

Hingga kini, Pertamina mencatat rasio utang yang terjaga dengan baik dan masih kompetitif di antara perusahaan migas nasional maupun internasional lainnya. Karenanya, lembaga pemeringkat internasional, yaitu Moody's, S&P, dan Fitch, menetapkan Pertamina pada peringkat investment grade masing-masing pada level baa2, BBB, dan BBB.

"Ini menunjukkan kredibilitas dan kepercayaan investor kepada Pertamina yang makin meningkat dari waktu ke waktu," kata Fajriyah.

Di tahun 2020, perseroan telah menyelesaikan tiga corporate loan dengan total sebesar US$549 juta. Sementara itu, di tahun 2021, Pertamina mampu melakukan pembayaran utang bond sebesar US$391 juta. "Jadi tidak benar adanya asumsi bahwa Pertamina tidak bisa membayar kewajiban. Saat ini, Pertamina merupakan salah satu perusahaan Indonesia yang sehat, produktif, dan efisien di tengah terpaan pandemi Covid-19," tegas Fajriyah.

Pertamina melakukan berbagai pengembangan bisnis yang lebih luas dalam rangka mewujudkan aspirasi menjadi global energy champion. Seperti pada umumnya entitas bisnis, dukungan modal yang kuat dari berbagai sumber, baik internal maupun eksternal, diperlukan untuk membiayai penugasan dan pertumbuhan ke depan. Salah satu pendanaan eksternal adalah melalui mekanisme strategic partnership, pinjaman pada lembaga keuangan, maupun penerbitan obligasi.

"Saat ini rasio utang Pertamina terhadap ekuitas dari sisi keuangan masih dalam batas wajar sebagai perusahaan yang sehat. Begitu pula mekanisme yang dilakukan tetap mengacu pada regulasi yang ada," kata Fajriyah.

Pengakuan internasional atas kinerja keuangan Pertamina juga tampak pada prestasi sebagai satu-satunya perusahaan Indonesia yang berada di jajaran Fortune Global 500. Dengan kinerja keuangan tersebut, Pertamina mampu berkontribusi pada pendapatan Pemerintah hampir Rp200 triliun pada 2020 yang berasal dari setoran Pajak dan Dividen, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), serta penerimaan negara dari Minyak Mentah dan Kondesat Bagian Negara (MMKBN) dari blok-blok migas Pertamina.

"Kami berkomitmen menjalankan operasional yang excellent, mencapai pertumbuhan yang positif dan pada saat bersamaan tetap berkontribusi bagi bangsa negara," tandasnya.

Sementara itu, terkait dengan proyek pembangunan kilang, sejak 2018 Pertamina sudah gencar mengebut proyek kilang yang ada dengan perhitungan yang akurat dan cermat. Di antaranya, proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balongan yang akan memberikan tambahan kapasitas produksi dari 125 ribu barel per hari menjadi 150 ribu barel per hari di April 2022.

Sementara itu, proyek kilang RDMP Balikpapan nantinya dapat menekan defisit neraca migas hingga US$2,65 miliar per tahun. Ini karena kilang sudah bisa menghasilkan produk bernilai jual tinggi seperti gasoline (Pertamax Turbo, Pertamax, Pertalite) dengan kualitas Euro 5 dan propilena, produk petrokimia yang kebutuhannya masih sangat tinggi. Pertamina optimis keseluruhan proyek RDMP Balikpapan selesai pada 2024.

Baca Juga: Tingkatkan Margin Kilang, Pertamina Garap Unit RFCC Terbesar di RDMP Balikpapan

Di tahun 2020, Pertamina juga berhasil melakukan alih kelola Blok Rokan yang secara resmi dikelola pada 9 Agustus 2020 melalui PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Pertamina terbukti mampu menjaga kinerja unggul Wilayah Kerja (WK) Rokan. Dari Agustus 2021 hingga Desember 2021 pasca-alih kelola, PHR WK Rokan berhasil mengebor 90 sumur tajak dan menaikkan tingkat produksi dari WK migas terbesar kedua di Tanah Air itu.

Dari sisi produksi, PHR WK Rokan berhasil mencapai tingkat produksi sekitar 162 ribu BOPD (barel minyak per hari), atau naik 4 ribu BOPD dibandingkan sebelum alih kelola yang berada di kisaran 158 ribu BOPD. Kegiatan pengeboran sumur baru dan kerja ulang sumur lama terus dilakukan untuk meningkatkan produksi.

Produksi PHR WK Rokan menyumbangkan sekitar 25% dari total jumlah produksi minyak nasional dan merupakan salah satu tulang punggung upaya pencapaian target produksi nasional minyak 1 juta barel per hari (bph) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (bscfd) pada 2030.

Dalam periode dua bulan pertama pasca-alih kelola, PHR WK Rokan juga menyumbangkan penerimaan negara melalui penjualan minyak mentah bagian negara sekitar Rp2,1 triliun dan pembayaran pajak sekitar Rp607,5 miliar termasuk pajak-pajak ke daerah.

"Kinerja unggul PHR WK Rokan tentu sangat penting dalam mendukung pemenuhan kebutuhan energi nasional, pendapatan negara dan daerah, serta pencapaian visi Pertamina untuk menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia," kata Fajriyah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: