Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisruh Desa Wadas, Begini Respons Dedi Mulyadi: Coba Kita Jadi Warga Wadas

Kisruh Desa Wadas, Begini Respons Dedi Mulyadi: Coba Kita Jadi Warga Wadas Kredit Foto: Dedy Mulyadi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Insiden di Desa Wadas, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu hingga kini masih menjadi pembahasan pro dan kontra sejumlah pihak.

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi, berharap semua pihak menyikapi hal tersebut dengan mengedepankan rasa tenggang rasa dan keadilan khususnya bagi masyarakat Desa Wadas.

Baca Juga: Soal Kisruh Desa Wadas Dianggap Pengaruhi Elektabilitas, "Goodbye" untuk Ganjar di Pilpres 2024?

"Coba mari kita bersama-sama bertanya pada diri kita, berkaca pada diri kita. Apakah mau saat kita hidup tenang di kampung tiba-tiba dipindahkan?" ucap Kang Dedi Mulyadi, dalam keterangan tertulis kepada Warta Ekonomi, Senin (14/2/2022).

Dia menegaskan, begitu pula masyarakat di Desa Wadas yang berharap dan tak rela meninggalkan kampung halaman karena sudah turun temurun hingga puluhan tahun memiliki berbagai sumber daya dan keasrian alam.

"Jangankan warga Wadas yang kampungnya mau dipindahkan, kita saja kalau sedang tidur nyenyak tiba-tiba dibangunin pasti marah," ucapnya.

Menurut Dedi, lingkungan di Desa Wadas terpisah dari program pembangunan yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN). Desa Wadas, kata Dedi, tidak terkait langsung dengan PSN dan hanya dimanfaatkan untuk diambil sumber daya alam berupa batu andesit.

"Sehingga mereka berhak dan sah untuk menolak daerahnya sendiri, kampung halamannya sendiri, dijadikan area tambang yang malah akan merusak alam," katanya.

"Kita ini selalu menuntut pada warga berkorban untuk kebutuhan, termasuk mengorbankan ketenangan hidup, sumber air, tanah leluhur yang dicintai. Itu bukan perkara gampang," lanjut Kang Dedi.

Untuk itu, pria yang identik dengan iket putihnya ini berharap semua pihak untuk bertanya pada diri sendiri dan berkaca apakah mau jika tinggal di sebuah desa dengan alam yang hijau, air melimpah, hidup tenang, guyub, dan rukun tiba-tiba harus rela berkorban demi tambang.

"Coba kita jadi warga Wadas. Jangankan dikorban untuk tambang, kita saja lagi enak tidur tiba-tiba dibangunkan pasti marah. Kita ini jangan kaya konvoi moge, kalau sudah jalan yang lain harus minggir terus," pungkas Kang Dedi Mulyadi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: