Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gus Yahya Gandengan Tangan dengan PDIP, Suara PKB Bisa Anjlok

Gus Yahya Gandengan Tangan dengan PDIP, Suara PKB Bisa Anjlok Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin mewanti-wanti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), terkait hubungannya dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Hal ini disampaikan Ujang menyikapi manuver PDIP, yang menggelar acara Hari Ulang Tahun (Harlah) NU ke-96 secara hybrid, Sabtu (12/2) lalu.

Ujang berpendapat, PBNU dekat dengan partai lain, maka akan berdampak buruk bagi PKB. Terutama soal suara PKB yang notabene dari warga Nahdliyin.

Baca Juga: Haikal Hassan Minta Maaf soal Dugaan Penghinaan terhadap Soekarno, Orang PDIP Tambah Murka!

"Jika Gus Yahya bergandengan tangan dengan PDIP, bisa saja suara PKB akan rusak, turun, atau mungkin saja bisa anjlok dan rontok," kata Ujang saat berbincang dengan RM.id, Senin (14/2).

Ia mengaku heran, melihat fenomena PBNU bisa mendekat dengan PDIP. Sementara parpol yang lahir dari rahim NU adalah PKB.

"Masa iya NU-nya mendekat ke partai lain, dalam hal ini PKB. Ini bisa diartikan oleh publik, bahwa hubungan antara PKB dengan NU sedang tak baik-baik saja. Sedang dalam masa-masa menuju ketegangan dan perpecahan," terangnya.

Sejak dipimpin Gus Yahya, hubungan NU dengan PKB memang terasa agak renggang.

Selain karena Gus Yahya serius bertekad memisahkan diri dari politik praktis, sepintas masih terlihat problem masa lalu, yang belum beres antara Gus Yahya dengan Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Imin.

Salah satu indikatornya, terlihat dari safari politik Imin yang menjual namanya sebagai Calon Presiden 2024 di Banyuwangi dan Sidoarjo, Jawa Timur.

Dalam akun Twitter pribadinya, Imin memamerkan dukungan dari Nahdliyin Sidoarjo.

Atas konsolidasi politik itu, PBNU memanggil ketua PCNU Sidoarjo dan Banyuwangi. Untuk meminta klarifikasi langsung dari kedua perwakilan cabang, mengenai konsolidasi politik yang dilakukan Imin.

Ditambah lagi, PBNU era Gus Yahya saat ini menegaskan akan mengambil jarak dengan kepentingan politik praktis.

PBNU tidak boleh menjadi alat politik manapun, termasuk PKB.

Itu sebabnya, konsolidasi politik terhadap PKB di mana PCNU dilibatkan di dalamnya, jadi bermasalah.

Sinyal keretakan hubungan antara Imin dan Gus Yahya yang terbaru terlihat, saat Imin tak muncul dalam acara pengukuhan Pengurus PBNU Masa Khidmat 2022-2027 dan Harlah ke-96 NU, Senin (31/1) lalu.

Ujang berharap PBNU tidak keluar dari khittah-nya. Serta mampu menjaga independensi. Jangan tergoda dengan rayuan elit parpol.

"Jika PBNU ingin independen dan berada di tengah, maka tak bagus merapat sana sini. Tegang dan renggang dengan Cak Imin, tetapi berdekatan dengan PDIP," sebut dia.

Perayaan Harlah Nahdlatul Ulama (NU) ke-96 secara virtual pada Sabtu (12/2) lalu, turut dihadiri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf.

Kehadiran keduanya mengisyaratkan kemesraan antara PBNU dan PDIP. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: