Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Bos Tugu Insurance, Perusahaan Asuransi Berpredikat A- Global selama 6 Tahun Beruntun

Kisah Bos Tugu Insurance, Perusahaan Asuransi Berpredikat A- Global selama 6 Tahun Beruntun Kredit Foto: Tugu Insurance
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk, atau dikenal dengan Tugu Insurance, masih menjadi perusahaan asuransi nasional yang berhasil memiliki predikat “A-” pada global rating A.M. Best. Bahkan, predikat ini berhasil dipertahankan oleh Tugu Insurance selama enam tahun berturut-turut meskipun ada disrupsi dari pandemi.

Pencapaian ini tak lepas dari kepemimpinan sang Presiden Direktur yaitu Indra Baruna. Pria kelahiran 22 Juni 1965 ini sudah memiliki sepak terjang yang mumpuni di industri asuransi. Indra memulai kariernya sebagai Assistant Manager System Development di PT Astra International pada 1988, berlanjut di PT Asuransi Astra Buana pada 1991 hingga 2002, kemudian menjabat sebagai Managing Director di PT Asuransi Adira Dinamika, hingga akhirnya dipercaya menjadi Presiden Direktur di Tugu Insurance pada 2017.

Pengalamannya ini membuatnya awam dengan industri asuransi itu sendiri. Dalam masa kepemimpinan Indra Baruna, Tugu Insurance berhasil mencetak rekor gross written premium (GWP) tertinggi sepanjang perjalanannya selama 40 tahun, yaitu dengan capaian sekitar Rp3,8 triliun pada 2021. Di sisi lain, surplus underwriting Tugu Insurance juga berhasil mencapai rekor tertinggi dengan nilai nyaris Rp1 triliun.

Baca Juga: Tugu Insurance Meluncurkan Produk Baru t-down payment

Tak heran, alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) ini banyak menerima penghargaan atas prestasinya di perusahaan-perusahaan yang telah dipimpinnya. Penghargaan yang disabet oleh Indra, di antaranya Insurance Top Leader for Capital Strengthening Initiative, Best CEO for State-Owned Company in Insurance Industry, Indonesia Rendezvous–Reforming the Fight Against Fraud in Insurance Industry, Risk Management, dan DRIM–Digital Risk Insurance & Management. Indra juga pernah meraih penghargaan dari Warta Ekonomi sebagai Portraits Indonesia Admired CEO pada 2017 silam.

Guna berbincang lebih jauh dengan pemimpin perusahaan Tugu Insurance ini, Warta Ekonomi melakukan wawancara eksklusif dengan Indra Baruna secara virtual beberapa waktu lalu. Berikut isi percakapan Warta Ekonomi dengan Presiden Direktur Tugu Insurance Indra Baruna.

Melihat rekam jejak Anda, Anda memiliki banyak pengalaman menjadi seorang pemimpin yang juga didukung dengan sejumlah penghargaan. Bagi Anda, apa nilai penting yang perlu dipegang teguh oleh seorang pemimpin?

Yang paling penting sebetulnya adalah integrity. Kejujuran itu sudah poros utamalah. Kalau seorang pemimpin enggak punya integritas itu, menurut saya, dia enggak akan bisa jadi seorang pemimpin yang baik. Kemudian, dia juga harus humble enough untuk bisa mendengarkan orang lain. Jadi harus mempunyai active-listening agar mempunyai kemampuan untuk bisa mendengarkan orang, itu kan enggak gampang. Banyak diomongin tapi itu [active-listening] enggak gampang. Terus dia harus bisa menginspirasi orang, mempunyai visi yang jauh ke depan yang bisa menginspirasi orang lain untuk bergerak, memotivasi orang lain untuk bergerak. Terus dia juga harus mampu untuk membangun tim, saya rasa itu juga penting. 

Kemudian dia juga harus bisa menjadi contoh, jadi benar-benar harus bisa menunjukkan contoh yang baik kepada yang dipimpin. Lead by example, role model. Dia juga harus punya passion sih, kalau pemimpin sudah enggak punya passion, lemes anak buahnya itu. Karena passion itu sebenarnya api ya, jadi apinya itu yang harus dibangkitkan. Kalau pemimpinnya sendiri enggak punya api, enggak punya passion ya, bagaimana yang dipimpin. Saya rasa hal-hal yang penting itu. Kalau soal skill dan lain-lain itu pastilah ya, bagaimana dia bisa menguasai bisnis-bisnis yang dia pimpin. Mau enggak mau itu dia harus bisa. Saya rasa mungkin itu pokok-pokok yang penting.

Apa saja yang biasanya menjadi sumber motivasi atau wawasan Anda agar dapat menjadi pemimpin yang baik?

Sebetulnya sih kalau saya motivasi untuk bisa memimpin itu selalu harus dicari dulu purpose-nya, sense of mission. Kita mau melakukan sesuatu itu untuk apa, untuk sesuatu yang bagaimana. Apakah sesuatu yang baik untuk orang banyak atau tidak. Jadi harus tahu purpose-nya, buat apa kita melakukan ini. Itu harus dapat dulu rohnya. Nah itu yang akan memotivasi kita untuk melakukan sesuatu. Jadi kalau enggak, itu istilahnya kayak kita bekerja tanpa makna. Jadi kita harus selalu bisa mencari makna di dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Nah, itu penting.

Bagaimana Anda melihat industri asuransi saat ini? Peluang apa yang bisa dimanfaatkan oleh Tugu Insurance?

Banyak. Ini kan sebetulnya semua itu sudah pada tahu, sudah aware-lah sebagian besar masyarakat Indonesia. Industri juga sudah pada tahu bahwa industri asuransi di Indonesia itu kan masih under-penetrated, penetrasi kita itu kan masih sekitar 0.5, paling rendah di antara negara-negara di Asia Tenggara. Paling yang masih sama kayak kita itu Filipina, yang lain itu lebih besar, bahkan Vietnam dan Malaysia saja lebih besar. Jadi sebenarnya masih banyak masyarakat yang belum tersentuh oleh industri asuransi. 

Nah, ini yang menjadi tantangan kita ke depan untuk bagaimana produk dan jasa asuransi itu lebih banyak bisa dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Karena sebenarnya ini kan semacam safety net ya. Kalau orang di Indonesia itu memiliki polis asuransi, sebenarnya kan ada jaminan kestabilan ekonomi dia ketika terjadi sesuatu masalah. Apakah itu karena asetnya terbakar, hancur, atau hilang, dan lain sebagainya. Jadi ada insurance itu bisa membantu dari sisi stabilitas keuangan, jadi enggak goyah. Ini penting. 

Nah, sekarang itu tantangannya adalah bagaimana kita bisa meningkatkan penetration itu. Meningkatkan dari 0,5 menjadi lebih dari itu. Ini tugas kita bersama. Tidak bisa hanya dilakukan oleh satu perusahaan asuransi, tapi ini secara industri juga harus bekerja sama. Makanya selama ini sudah banyak inisiatif yang dilakukan oleh pemerintah, baik itu dari OJK maupun asosiasi asuransi, untuk bagaimana meningkatkan literasi di Indonesia. 

Kemudian, kami juga harus mencerna dan mendengarkan dengan baik, makanya ‘kan tadi kualitas leadership itu salah satunya adalah memahami, mendengar. Ini juga dibutuhkan untuk bisa memahami kebutuhan masyarakat Indonesia yang saat ini belum tersentuh oleh asuransi. Kemudian, bisa menciptakan sebuah produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka dan yang paling penting produk ini harus terjangkau oleh masyarakat. Kalau mereka tahu dan sebagainya, tapi produknya tidak terjangkau oleh mereka ya bagaimana bisa. Jadi harus pandai-pandai kita untuk mendengar dan menggali apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dan menciptakan produk-produk dan layanan yang sesuai. 

Nah, untuk bisa men-touch mereka itu membutuhkan akses. Bagaimana caranya masyarakat bisa mengakses. Kami bikin produknya gampang, tapi bagaimana setelah itu masyarakat tahu dan bisa mengakses produk ini kan itu ada tantangan lain lagi yang bisa dilakukan. Mempermudah akses bagi masyarakat untuk dapat menikmati produk dan jasa dari perusahaan asuransi.

Dari Tugu Insurance sendiri, apa saja yang sudah dilakukan agar masyarakat dapat menikmati produk asuransi itu sendiri?

Kami ‘kan terus-menerus melakukan peningkatan literasi dari masyarakat melalui media sosial yang kami miliki. Misalnya, sekarang kami punya media sosial di Instagram, Twitter, Facebook, LinkedIn. Itu semua dalam rangka untuk berkomunikasi dengan masyarakat supaya mereka bisa lebih mengerti mengenai dunia asuransi dan kami juga paham kebutuhan-kebutuhan mereka. Kemudian juga dengan bantuan media, baik cetak maupun televisi, lebih banyak membuat berita-berita yang berkaitan dengan asuransi. Itu yang kami lakukan. Kemudian melalui program-program CSR, kami memberdayakan masyarakat. Kemudian juga pendekatan kepada komunitas-komunitas, melakukan edukasi-edukasi dengan sekolah-sekolah, dan lain sebagainya. Itu yang terus konsisten kami lakukan.

Dari apa yang sudah dilakukan oleh Tugu Insurance, kelompok mana yang paling mendominasi nasabah Tugu Insurance?

Kalau nasabah di Tugu Insurance ‘kan terbagi atas dua, yang satu dalam bentuk perusahaan, yang satu lagi dalam bentuk individu personal. Kalau untuk perusahaan, semua jenis perusahaanlah ya, mulai dari yang bergerak di bidang energi sampai yang bergerak di bidang SME juga menjadi nasabah kami. Tapi kalau dari sisi yang personal, memang mix juga. Tapi sekarang kalau dilihat dari sisi generasinya, sekarang generasi milenial itu sudah besar jumlahnya, bahkan sudah lebih dari setengah customer kami boleh dikatakan sudah mewakili generasi milenial. Kalau yang gen Z itu belum banyak, ada beberapa tapi persentasenya masih sedikit.

Bagaimana dengan kinerja perusahaan belakangan ini?

Bagus, makanya dapat award mulu dari Warta Ekonomi. Kami tahun 2021 kemarin tumbuh dengan baik, dibandingkan tahun 2020 achievement-nya. Bahkan, kalau berdasarkan gross written premium (GWP), kami tahun 2021 itu sudah memecahkan rekor tertinggi selama Tugu berdiri. Itu dari sekitar Rp3,8 triliun, ini anaudited ya, belum yang audited. Kemudian, dari sisi underwriting surplus sudah hampir Rp1 triliun, sekitar Rp900 [miliar] dari analyzing results-nya. Saya rasa ini juga rekor baru buat Tugu, jadi selama 40 tahun berdiri, baru sekarang ini dari sisi underwriting-nya kita bisa mencapai setinggi itu. Itu kalau dari sisi finansialnya. 

Kalau dari sisi pengakuan lembaga independen, kami juga mendapatkan status rating A- dari global rating-nya A.M. Best itu bisa kami pertahankan, ini mungkin tahun ke-6 kami pertahankan. Di dalam masa pandemi, seperti yang terjadi di 2020 dan 2021 kemarin, yang sekarang juga masih kami alami, tapi alhamdulillah ranking kami enggak turun, bahkan masih kuat, masih stabil di A-. Ini juga sebuah pencapaian dari salah satu perusahaan nasional seperti Tugu, ini adalah satu-satunya yang mendapatkan global rating A- di Indonesia.

Berbicara soal tenaga kerja, apa saja yang dilakukan perusahaan dalam upaya meningkatkan kualitas SDM?

Untuk meningkatkan kualitas SDM, dari awal sampai akhir kami pikirkan. Mulai dari awal artinya mulai dari rekrutmen pun kami sudah mempunyai syarat-syarat rekrutmen, jadi kualitas people yang akan kami rekrut itu sudah mempunyai kualitas dan standar tertentu. Ini penting untuk menjaga bahwa Tuguers, atau karyawan Tugu, memiliki kualitas yang baik. Tidak hanya dari skill tapi juga dari karakter, itu yang paling penting.

Kemudian, ada juga program pengembangan. Pengembangan dari kami juga kami lakukan terus, baik secara langsung seperti melalui program training, program training-nya pun sekarang sudah hybrid, enggak face-to-face pun ada. Jadi, dalam masa pandemi pun enggak berarti kami berhenti belajar. Kami juga sudah membangun yang namanya Tugu Institute, itu ada tiga, T-learn, T-talk, T-share. Jadi T-share itu untuk sharing knowledge untuk siapa saja yang mempunyai pengetahuan, itu bisa sharing knowledge. Kemudian bisa diakses oleh seluruh karyawan Tugu. Ada T-learn, belajar, misalnya kayak workshop dan lain sebagainya. Training, pembelajaran mengenai pengetahuan baru, itu melalui T-learn. Terus ada lagi T-talk. Kalau T-talk lebih banyak ke arah menggali experience, pengalaman, dari teman-teman atau pun dari orang-orang pihak eksternal yang bisa bermanfaat kiranya bagi karyawan Tugu juga, ini adalah suatu development juga. 

Tapi development kan enggak melulu dari sisi training. Ada juga dari program-program yang pemberian project tertentu, melibatkan seseorang dalam pemberian project, itu juga pembelajaran. Kemudian, juga ada rotasi pembelajaran, dari underwriting ke marketing, atau sebaliknya. Dari bidang-bidang yang lain juga ada perputaran. Itu kan juga bisa menambah pengalaman dan pengetahuan seseorang. Jadi itu mix. Kemudian, dari sisi career management, kami juga sudah menyiapkan karier yang sifatnya generalist, specialist, itu juga kami buat. Kemudian, kami juga ada penilaian kompetensi dan pengembangan kompetensi dari setiap individu yang ada di Tugu. Bahkan kami juga sudah punya talent-mapping-nya. 

Kemudian dari sisi reward, kami juga pikirkan bagaimana prinsip-prinsip keadilan dan keseimbangan, kesetaraan di dalam perusahaan juga memperlihatkan competitiveness-nya dari industri. Jadi, kami juga menggunakan hasil survei dari sisi reward oleh lembaga independen untuk melihat apakah posisi dari reward yang kami berikan ke karyawan sudah baik dibandingkan yang lain. Kemudian, sampai dia pensiun juga sudah dipikirkan dengan program-program pensiun. Bahkan pra-pensiun pun sudah ada program-program ketika orang menginjak masa pensiunnya. Jadi, lengkap dari ujung ke ujung kami perhatikan.

Apakah ada rencana transformasi bisnis untuk perusahaan ke depannya?

Sejak tahun 2018 sebenarnya Tugu kan sedang bertransformasi untuk mengubah portofolionya, yang tadinya berat ke korporasi supaya menjadi lebih seimbang dengan mengembangkan segmen-segmen yang lebih granular, yang lebih kecil, misalnya seperti SME (UMKM) dan ritel. Nah ini gunanya apa? Supaya bisa menstabilkan posisi keuangan dari Tugu. Karena kalau kami hanya bermain di risiko-risiko besar saja, dan jumlah dari unit risikonya tidak mencukupi, maka kami akan terekspos atas volatilitas dari hasil, hasilnya bisa up and down, enggak ada kestabilan, enggak ada sustainability. Nah, supaya kami bisa lebih sustainable, kami harus bisa mengimbangi dengan risiko-risiko yang lebih kecil tapi tersebar luas di seluruh Indonesia.

Kemudian dengan kekuatan Tugu seperti yang sekarang ini, sebenarnya Tugu ini kan merupakan sebuah perusahaan besar di Indonesia, maka kami harus bisa memberikan manfaat yang lebih kepada seluruh masyarakat Indonesia. Tidak hanya melayani korporasi-korporasi saja. Tapi banyak seperti yang saya bilang tadi, masyarakat Indonesia masih membutuhkan asuransi. Jadi, kami harus bisa membawa diri kami untuk bisa memberikan manfaat kepada orang yang lebih banyak. Masyarakat Indonesia kan masih banyak sebetulnya yang masih membutuhkan bantuan kami, jadi kami harus bisa mengulurkan tangan sampai ke sana. Harus bisa meng-expand diri kami sendiri agar kami bisa menjangkau masyarakat luas. Jadi, ada transformasi menuju ke arah ritel.

Nah, untuk menjadi ritel sekarang ini kan saya bilang, akses masyarakat gimana caranya sih supaya saya bisa mengakses asuransi? Apakah saya harus datang ke perusahaan asuransi atau saya harus cari agen, dan lain sebagainya. Kalau misalnya ada yang mau asuransi, pasti dia bingung kan mau cari asuransi ke mana, kantor cabangnya di mana. Kalau zaman dulu ya dia naik kendaraan untuk mencapai ke cabang-cabang yang dia tuju. Kalau sekarang ada enggak teknologi yang bisa mendekatkan akses ke masyarakat? Ada, yaitu digital. Jadi, kalau dulu harus ke cabang, sekarang tinggal buka handphone, buka laptop, sudah langsung cabangnya di depan mata. Nah, ini salah satu contoh accessibility yang harus kita transformasikan, kami harus bangun. Jadi makanya Tugu ke depan itu meng-embrace, atau merangkul, teknologi digital ini untuk digunakan sebagai salah satu alat dan cara untuk bisa menyentuh masyarakat luas. Nah ini transformasi yang sedang kami lakukan.

Apa target yang ingin Anda capai?

Kalau targetnya sih sebetulnya Tugu punya visi ke depan ingin jadi nomor 1. Tapi nomor 1-nya itu bukan hanya dari sisi premi. Premi itu satu hal, premi jadi yang paling gede. Tapi kami juga ingin jadi nomor satu di hati masyarakat. Maka salah satu ukuran kami adalah nomor satu dalam hal customer satisfaction-nya, bahwa masyarakat yang menggunakan jasa dan produk Tugu harus puas, happy menggunakannya. Yang ketiga tentu dari sisi profitabilitas. Supaya kita bisa tumbuh terus, tentu kita harus sehat. Nah kalau kami sehat, kami tumbuh semakin besar, kami akan makin banyak bisa melayani masyarakat. Ini yang menjadi sasaran kami sebetulnya. Nah ini ke depannya mudah-mudahan Tugu bisa mencapai nomor 1 dan dicintai masyarakat Indonesia. Memberikan manfaat lebih banyak kepada masyarakat Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: