Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bukan Dari Nasdem Atau Demokrat, Ini Dia Sosok Cagub Potensial Pengganti Anies Baswedan

Bukan Dari Nasdem Atau Demokrat, Ini Dia Sosok Cagub Potensial Pengganti Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan sambutan pada acara 'Zulhas Award dan Pidato Kebudayaan bertajuk Indonesia Butuh Islam Tengah' di Auditorium Utama Perpustakaan Nasional, Jakarta, Sabtu (29/1/2022). | Kredit Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif IndoStrategic Achmad Khoirul Umam mengatakan, peta kekuatan tokoh pada Pilkada DKI Jakarta masih sangat cair. Besar kemungkinan akan ditentukan apakah Anies Baswedan akan maju pada Pilpres 2024 atau tidak. 

Menurutnya, jika koalisi Pilpres terbentuk dan mengusung Anies, maka Pilkada DKI Jakarta akan menjadi ajang pertarungan bagi tokoh-tokoh baru. Hal tersebut terjadi karena ketiadaan incumbent. Namun jika tidak, hal sebaliknya akan terjadi. 

Baca Juga: Dihujat karena Tokoh Wayang Mirip Ustaz Khalid, Eh Gus Miftah Malah Pasrah

"Tapi kalau Anies tidak maju Pilpres 2024,maka incumbent cenderung akan memiliki kekuatan besar dalam perhelatan demokrasi lokal," ucapnya saat dihubungi AKURAT.CO, Selasa (22/2/2022).

Ia menyamapaikan, jika Anies maju dalam Pilpres 2024, maka Wakil Gubernur DKI Jakarta saat ini Ahmad Riza Patria berpotensi menjadi salah satu alternatif lainnya. 

Bukan hanya itu, ia mengatakan bahwa Partai Demokrat dikabarkan akan mencalonkan Dede Yusuf untuk dicalonkan pada Pilkada DKI Jakarta 2024.

"Di sisi lain, Partai Demokrat konon juga dikabarkan sering menyebut nama Dede Yusuf untuk dicalonkan di Pilgub DKI Jakarta mendatang,"pungkasnya. 

Kemudian, dikatakan Nasdem mengeluarkan usulan 3 nama yang dianggap berpotensi maju pada Pilkada DKI Jakarta 2024, yakni Okky Asokawati, Wibi Andrino, dan Ahmad Sahroni. 

Baca Juga: Pak Anies, Ketua DPRD DKI Minta Jangan Ada yang Klaim Pembangunan JIS

Namun dari ketiga nama yang disebutkan, ia menilai belum ada yang memenuhi standar kompetensi elektoral yang memadai, dan juga belum terbukti memiliki kompetensi teknis kepemimpinan yang kuat untuk berada pada level DKI Jakarta. 

"Adapun posisi Sahroni sebagai Ketua Penyelenggara Formula E barangkali bisa ia gunakan dengan track record untuk menawarkan nama dalam bursa politik Pilkada,namun efek getarnya masih relatif kecil," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Adrial Akbar

Bagikan Artikel: