Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengapa China Menganggap Barat Harus Disalahkan atas Perang Rusia di Ukraina?

Mengapa China Menganggap Barat Harus Disalahkan atas Perang Rusia di Ukraina? Kredit Foto: Reuters/Stringer

'Mentalitas Perang Dingin' Cina dan Rusia

Lubina menekankan bahwa baik Cina maupun Rusia bukanlah dermawan tanpa pamrih yang dicegah untuk "berkontribusi pada perdamaian, stabilitas, dan pembangunan dunia," seperti yang dikatakan Wang Yi.

Apa pun yang dikatakan Beijing, bukanlah mentalitas Perang Dingin atau pola pikir kuno abad ke-20 yang memicu perang agresi di Ukraina, melainkan keputusan pemerintah Rusia. "Tidak ada ancaman apa pun dari Ukraina," kata Lubina.

Analis mengatakan pembicaraan Cina tentang mentalitas Perang Dingin dan pembenaran Rusia bahwa tindakannya dimaksudkan untuk mempertahankan diri dari NATO adalah munafik. Rusia dan Cina sama-sama berpikir dan bertindak dalam kategori Perang Dingin.

"Mereka percaya bahwa negara-negara kecil dan menengah tidak memiliki agenda," kata Lubina. "Saya bahkan akan mengatakan bahwa, jika Rusia menganggap serius Ukraina, tidak akan ada perang. Karena dengan begitu mereka juga akan menganggap serius tentara Ukraina," tambahnya.

Fakta bahwa Taiwan memiliki gagasannya sendiri tentang masa depannya juga tidak dapat diterima oleh Cina, yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari negaranya. Perilaku Cina telah memperjelas bahwa kepemimpinan di Beijing melihat dunia dalam lingkup pengaruh di mana beberapa negara besar sendiri yang memutuskan bagaimana dunia diatur.

Pada awal 2010, Menteri Luar Negeri Cina Yang Jiechi mengatakan kepada negara-negara Asia Tenggara: "Cina adalah negara besar. Negara-negara lain kecil. Begitulah faktanya." Yang menyiratkan bahwa negara-negara Asia Tenggara harus tunduk pada klaim kepemimpinan Cina, sepenuhnya dalam tradisi Perang Dingin.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: