Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengapa China Menganggap Barat Harus Disalahkan atas Perang Rusia di Ukraina?

Mengapa China Menganggap Barat Harus Disalahkan atas Perang Rusia di Ukraina? Kredit Foto: Reuters/Stringer

Hari ini, ketika Cina berbicara tentang "mentalitas Perang Dingin" tidak ada lagi pembicaraan tentang dua kubu yang terpolarisasi. Dalam pandangan kepemimpinan Cina, Amerika Serikat dan NATO belum mengatasi pola pikir Perang Dingin. Dalam konteks ini, Rusia secara permanen terancam oleh NATO.

Demikian pula, Cina mengatakan terancam oleh strategi Indo-Pasifik AS dan Uni Eropa, seperti misalnya pakta keamanan trilateral yang melibatkan AS, Inggris, dan Australia (AUKUS) di mana AS dan Inggris akan membantu Australia memperoleh nuklir atau bahkan dengan dialog keamanan seperti Dialog Keamanan Segiempat (QUAD), di mana AS, Jepang, India, dan Australia berpartisipasi.

Perang Dingin 2.0

Ungkapan "Perang Dingin 2.0" digunakan untuk merujuk pada meningkatnya ketegangan antara Washington dan Beijing, tetapi juga antara Uni Eropa dan Cina. Pada Maret 2019, Komisi Uni Eropa secara resmi menyatakan Cina sebagai "saingan sistemik."

Dari perspektif Cina, terminologi ini mentransfer pemikiran usang dari abad ke-20 ke abad ke-21. Beijing cenderung melihat Washington, mitra internasionalnya, dan NATO secara sepihak mencari konfrontasi dengan Cina dan juga dengan Rusia.

Ilmuwan politik Michal Lubina dari Universitas Jagiellonian di Krakow, yang telah meneliti hubungan Rusia-Cina selama bertahun-tahun, mengatakan kepada DW bahwa dunia sedang bergerak menuju Perang Dingin baru, dengan Cina sebagai musuh utama Barat.

"Tentu saja, strategi Indo-Pasifik adalah semacam penahanan baru Cina," katanya, seraya menambahkan bahwa Beijing tidak sepenuhnya salah dalam berpikir bahwa Barat sedang mengatur strategi untuk melawan kekuatan Cina.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: