Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Prediksi Ketidakseimbangan Ekonomi Berlanjut di 2022, ini Penyebabnya

BI Prediksi Ketidakseimbangan Ekonomi Berlanjut di 2022, ini Penyebabnya Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara masih menjadi tantangan perekonomian global di tahun 2022.

"Ekonomi global tahun 2021 tumbuh tinggi 5,7%, tapi masalahnya ekonomi yang tinggi ini hanya bertumpu pada dua negara besar yakni Tiongkok dan AS. Ketidakseimbangan ini diperkirakan berlanjut sampai tahun ini," ujar Perry saat Kuliah Umum secara virtual yang bertajuk Mendorong Akselerasi Pemulihan Ekonomi dan Menjaga Stabilitas di Tengah Normalisasi Kebijakan Negara Maju dan Ketegangan Geopolitik di Jakarta, Senin (21/3/2022).

Perry menjelaskan,  ketidakseimbangan terjadi karena kemampuan setiap negara untuk pulih dari pandemi Covid-19 begitu timpang. Mereka negara maju bisa cepat kemampuannya tapi di negara berkembang kemampuan terbatas. Baca Juga: Pekan Ketiga Maret, BI Proyeksikan Inflasi 0,54%

"(Negara berkembang) melakukan stimulus fiskal dan moneter terbatas. Belum lagi negara-negara yang terbebani utang, tapi lebih dari itu ada tiga tantangan yang kita hadapi," pungkasnya.

Tantangan tersebut, lanjut Perry, Pertama, normalisasi kebijakan negara maju yang lebih cepat dan dampaknya terhadap negara berkembang. Kedua, scarring effect atau luka memar dari pandemi Covid-19, tidak hanya di negara maju, tetapi juga di negara berkembang. Dan terakhir, ketegangan geopolitik Ukraina dan Rusia yang berpotensi menghambat laju perekonomian global.

"Ini dampaknya kenaikan komoditas global termasuk energi, knaikan inflasi, gangguan mata rantai perdagangan global yang berpengaruh pada pasokan, distribusi, dan volume perdagangan yang akan menurunkan proyeksi ekonomi global," tukasnya.

BI sendiri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global sebesar 4,4% di tahun ini. Namun, bila ketegangan antara Rusia dan Ukraina berlangsung lama, maka ekonomi global akan berada di bawah proyeksi bank sentral.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: