Siasat Terbaru Putin Terbaca Intelijen, Ukraina Mungkin akan Seperti...
Kredit Foto: Instagram/Russian Army
Invasi Rusia telah diramalkan oleh Kepala Intelijen Militer Ukraina, Jenderal Kyrylo Budanov, sejak bulan November. Saat itu, ia memperingatkan meletusnya perang gerilya berdarah. Kini, ia yakin Presiden Rusia Vladimir Putin berupaya membagi Ukraina menjadi 2, meniru pembagian pascaperang antara Korea Utara dan Korea Selatan.
"Saya pikir dalam waktu dekat akan diadakan referendum di wilayah republik. Melalui referendum itu, masyarakat akan mengekspresikan pendapat mereka soal bergabung dengan Federasi Rusia," prediksinya, dilansir dari The Guardian.
Baca Juga: Soal Senjata Nuklir, Rusia Terang-terangan Beri Informasi Baru ke Ukraina, Mohon Disimak!
Budanov yakin Putin telah memikirkan kembali rencananya untuk pendudukan penuh sejak gagal menaklukkan ibu kota Kyiv dengan cepat dan menggulingkan pemerintahan Volodymyr Zelensky.
"Upaya ini untuk menciptakan Korea Utara dan Selatan di Ukraina," ungkapnya soal strategi Kremlin yang baru.
Korea terpecah sepanjang garis paralel utara ke-38 dari 1945 hingga 1950. Wilayah itu pun akhirnya dibagi pada 1953 di sepanjang garis demarkasi militer.
Sesaat sebelum dimulainya perang di Ukraina, Putin mengakui kedaulatan 2 republik di Luhansk dan Donetsk. Orang nomor 1 di Rusia itu lantas melancarkan 'operasi militer khusus' pada 24 Februari dengan dalih untuk membela warga berbahasa Rusia di wilayah Donbas timur.
Budanov yakin Putin berusaha memecah Ukraina. Meski bagian barat juga diserang, serangan itu tak seberapa sejak perang dimulai.
"Putin sudah mengubah arah agresi utama, yaitu ke selatan dan timur. Ada alasan untuk yakin bahwa ia sedang mempertimbangkan 'skenario Kora' (bagi Ukraina). Artinya, ia mencoba memaksakan garis pemisah antara wilayah yang tak diduduki dan yang diduduki. Itulah upaya untuk menciptakan Korea Utara dan Selatan di Ukraina. Lagipula, ia pasti tak bisa mencaplok seluruh negeri," terangnya.
Tak heran, Rusia berupaya merebut Mariupol untuk menciptakan koridor darat antara Krimea dan Donbas.
"Para penjajah akan mencoba menyatukan wilayah yang diduduki menjadi satu entitas 'negara bayangan' yang akan menentang kemerdekaan Ukraina. Kami sudah melihat upaya untuk menciptakan otoritas 'paralel' di wilayah pendudukan dan memaksa warga untuk menyerahkan hyrvnia (mata uang nasional Ukraina)," tambahnya.
Namun, Budanov yakin Mariupol tak akan segera tumbang. Bahkan, pasukan Rusia masih harus menghadapi taktik gerilya untuk mengalahkan batalion Azov yang berpengalaman.
"Mereka mungkin ingin tawar-menawar di tingkat internasional. Namun, perlawanan dan protes warga kami di wilayah pendudukan, serangan balik oleh angkatan bersenjata, dan pembebasan bertahap sangat memperumit rencana musuh. Selain itu, musim safari gerilya total Ukraina akan segera dimulai. Karena itu, hanya ada 1 skenario tersisa yang relevan untuk Rusia, yaitu bagaimana bertahan hidup," sambungnya.
Analisis kepala intelijen ini senada dengan prediksi Oleksii Arestovych, seorang penasihat Zelensky.
"Dalam 1-2 pekan, Rusia akan menarik pasukan dari wilayah Kyiv dan Kharkiv lalu mengirim mereka ke Donbas. Mereka sadar tak akan mampu mengambil alih kota-kota besar. Mereka akan mengumumkan penyelesaian fase pertama dari 'operasi militer khusus', kemudian awal fase kedua, yaitu pembebasan Donbas," ujarnya.
Menurut Arestovych, Rusia kini punya 3 tugas, yaitu mengepung pasukan Ukraina di Donbas, menduduki Mariupol sepenuhnya, dan merebut wilayah selatan. Jika mereka kehilangan Kherson, kota di barat Mariupol, seluruh pendudukan mereka di Mariupol akan hancur.
"Tak akan ada penaklukan Kyiv, Kharkiv, atau Odesa," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto