Ia juga menerangkan bahwa oligarki sejatinya tidak memiliki kekuatan untuk mencengkeram negara kalau tidak diizinkan oleh kekuasaan.
“Jadi oligarki itu tidak akan mendekat kalau kekuasaan tidak memberikan proteksi value (nilai) dan proteksi adab. Tapi kekuasaanlah yang mengundang oligarki,” ungkapnya.
Baca Juga: Masya Allah, Big Data yang Digembar-gemborkan Opung Luhut Disamain dengan Obrolan Warung Kopi
Fakta oligarki mencengkeram kekuasaan di antaranya dapat dilihat dari fenomena kelangkaan minyak goreng dan persoalan batubara yang pada akhirnya kekuasaan menyerah pada tuntutan oligarki.
Dia lebih lanjut menyentil masalah pemberian tax amnesty, kasus Panama Papers, penyelundupan money laundry dan lainnya. Hal itu harusnya bisa dengan mudah dibaca oleh negara.
Dalam kasus pemerintahan Jokowi, Rocky menyebut semestinya sejak awal presiden mempersempit ruang oligarki itu, sembari memaksimalkan fungsi negara.
“Nah sekarang oligarki itu merasa gue udah di atas lo,” ujarnya
Rocky juga mengatakan ketidaksepakatannya atas gerakan publik yang mencoba menentang pihak yang mewacanakan penundaan Pemilu atau bahkan tendensius menurunkan presiden Jokowi. Ia menilai, menurunkan Jokowi itu hal mudah, yang sukar dan perlu dipikirkan lagi adalah bagaimana melepaskan kekuasaan dari cengkeraman oligarki itu.
Baca Juga: Ada yang Bilang Kalau Bakal Ada Demo Lagi, “Jokowi Mimpinya Kebanyakan Padahal Kemampuannya Sedikit"
“Sebab tidak ada gunanya presiden diturunkan, tapi yang mengganti adalah juga yang berpotensi diijon oleh oligarki itu,”katanya
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: