Gara-gara Kritik IRGC, Reformis Perempuan Iran Diserang Balik Bangsanya Sendiri
Kemungkinan penghapusan IRGC dari daftar telah menjadi masalah penting dalam negosiasi yang sekarang terhenti antara Iran dan negara-negara besar dalam dorongan diplomatik mereka untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015. Para perunding Iran dilaporkan telah menolak dengan tegas persyaratan AS sebagai imbalan atas kemungkinan penghapusan daftar Garda.
Mengingat kebuntuan dalam pembicaraan, Fars menggarisbawahi waktu komentar Hashemi yang bertepatan dengan momen ketika "Amerika sedang berusaha keras," dan menyarankan agar dia memenuhi agenda AS dari dalam negaranya sendiri.
Aktivis perempuan itu selama dua dekade terakhir berulang kali membuat marah kalangan garis keras, mulai dari penentangannya yang keras terhadap kewajiban jilbab hingga pertemuannya tahun 2016 dengan para pemimpin agama Baha'i yang dilarang.
Dalam komentar yang cukup provokatif bagi kelompok garis keras, Hashemi menyetujui kebijakan "tekanan maksimum" Trump terhadap Republik Islam setelah pemilihan presiden AS 2020.
"Jika saya orang Amerika, saya tidak akan memilih Tuan Trump. Tapi sejauh menyangkut Iran, saya berharap dia menang karena tekanannya bisa memicu beberapa perubahan politik di Iran," katanya.
"Komentar seperti itu di sana-sini hanya paling baik memberi makan media [Barat] yang bermusuhan," tulis Fars dalam bagian panjangnya, menyusun daftar pernyataan berani Hashemi. "Pernyataan kontroversial seperti itu juga bermain di tangan musuh di medan perang diplomatik."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: