Lupa Jasa HRS, 'Baiknya Prabowo Undur Diri, Kembali ke Hambalang dan Bercengkrama dengan Kambingnya'
Sastrawan Politik Ahmad Khozinudin berani menyebut manuver Prabowo Subianto yang belakangan ini rajin melakukan safari politik ke beberapa pesantren dan ulama adalah cara-cara lama yang biasa dilakukan oleh tokoh tua.
"Prabowo Subianto melakukan safari politik ke sejumlah tokoh tua. Memang, tokoh tua biasa lupa, dan mereka memiliki kebutuhan untuk melanjutkan kehidupan, menjaga gerbong dan mereka harus berpatron dengan kekuasaan.
Tokoh tua, mungkin mudah lupa bahkan melupakan. Sehingga, mudah untuk memaafkan dan memberikan dukungan.
Mereka memang sudah uzur, sehingga tak memiliki banyak energi untuk terus melawan. Biarlah, mereka rehat dan kembali membangun elegi bersama Prabowo.
Setidaknya, itu yang bisa dibaca secara politik dari silaturahmi lebaran kali ini, yang tak dilakukan pada lebaran sebelumnya, termasuk sesaat setelah Prabowo menjadi Menhan Jokowi. Kartu elektabilitas Prabowo, masih bisa dimainkan dikalangan generasi tua," kata Ahmad dalam keterangannya.
Cara-cara old school itu dinilai tak berlaku bagi generasi muda, yang merupakan pasar terbesar di Pilpres 2024. Generasi muda kata Ahmad tak akan lupa dengan langkah Prabowo yang dengan sengaja melupakan jasa-jasa ulama, seperti Habib Rizieq dan Habib Bahar Smith yang telah membela saat Pilpres 2019.
"Generasi muda telah mengarsipkan secara rapih teriakan Prabowo yang berjanji akan timbul tenggelam bersama rakyat, menggebrak meja dan menyatakan anti asing dan aseng, namun akhirnya merapat ke kekuasaan, meninggalkan ulama dan aktivis yang mendukungnya mendekam di penjara," pungkasnya.
Jejak digital Ketua Umum Gerindra itu telah tersimpan rapih dan akan jadi memori bagi pemilih untuk jadi pertimbangan dalam Prabowo di 2024.
"Begitu rapih menyimpan dan mengabadikan saat Prabowo tak sepatah kata pun bersuara untuk tragedi KM 50, atau terhadap kriminalisasi HRS. Sejumlah emak-emak militan, tidak akan pernah melupakan, mereka pernah mengumpulkan uang untuk memberikan dukungan, mengorbankan banyak waktu dan pikiran, untuk Prabowo dan cawapres yang ganteng Sandiaga Uno," jelasnya.
"Penolakan UU KPK, UU Cipta Kerja, UU IKN, tak nampak pembelaan Prabowo. Prabowo lebih memilih ada di pojok istana, dengan angin sejuk semilir, ketimbang membersamai rakyat di jalan, menolak kedzaliman rezim," tandasnya.
"Jadi mohon maaf, bisa saja generasi tua memberi maaf dan memaafkan tetapi tidak bagi generasi muda. Ini bukan soal sekedar maaf dan memaafkan, tetapi terkait untuk memutus siklus pemimpin pengkhianat, agar tak sampai pada tampuk kekuasaan
"Sebaiknya Prabowo undur diri, kembali ke Hambalang dan bercengkrama dengan kambingnya. Sambil kembali update status, dengan redaksi baru yang menyatakan 'pemimpin kambing selamanya tak akan bisa menjadi macan'," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat