Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mau Menang Pilpres 2024: PDIP Harus Belajar dari Tumbangnya Ahok!

Mau Menang Pilpres 2024: PDIP Harus Belajar dari Tumbangnya Ahok! Kredit Foto: Instagram/Basuki Tjahaja Purnama
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di Pilpres 2024 nanti, PDIP punya keunggulan yang tak dimiliki partai lain. Partai besutan Megawati Soekarnoputri itu, bisa mengajukan capres-cawapres sendiri tanpa harus berkoalisi dengan partai lain.

Keunggulan lainnya, partai berlogo banteng moncong putih itu, juga punya dua jagoan sakti. Ada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang selalu nangkring di papan atas survei capres, ada juga Ketua DPR Puan Maharani yang meski masih ada di papan bawah survei pcapres, tapi potensial dicalonkan. 

Baca Juga: Sebut Penanganan Minyak Goreng Malah Melebar, PDIP Kritik Luhut: Ini Sebenarnya Bukan Tugasnya...

Di kandang banteng, saat ini ada tarik-tarikan kuat antara yang menginginkan Ganjar dan yang menginginkan Puan. Nah, ada usul, supaya banteng tidak pecah, Ganjar-Puan ini diduetkan saja. Dijadikan capres-cawapres. Memang, sah-sah saja kalau PDIP mau mengambil langkah itu, "tidak haram", karena tadi sudah dibilang, PDIP bisa ajukan capres-cawapres meski hanya jalan sendiri.

Namun, PDIP diingatkan, jika nekat menduetkan sesama banteng, dikhawatirkan akan tumbang seperti tumbangnya duet Ahok-Djarot di Pilkada DKI Jakarta, beberapa tahun lalu.

Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto tidak menampik, ada dinamika yang terjadi internal PDIP soal urusan capres-cawapres. Namun, kata dia, dinamika yang terjadi masih biasa dan merupakan hal yang lumrah. Dalam setiap kontestasi, tentu akan terjadi dinamika dan perbedaan pandangan dari sesama kader. 

Terpenting, kata dia, PDIP akan mengusung calon yang mendapatkan restu dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Menurut dia, Megawati akan memiliki pertimbangan tersendiri selain aspirasi dari masyarakat.

"Di dalam demokrasi ini kan, mereka rakyat, komunitas, bisa menyampaikan aspirasinya, tetapi dalam konstitusi partai, Ibu Megawati yang akan mempertimbangkan dengan jernih," ujar Hasto di Senayan, Jakarta Pusat, Jumat, (27/5).

Hasto menjelaskan, Megawati bakal mencari pemimpin yang berani bertanggung jawab, berani memikul beban yang tidak ringan, serta ikut menentukan arah politik dari 270 juta rakyat Indonesia ke depan.

Lalu, mau pilih Ganjar atau Puan? Menjawab itu, Hasto menyebut, masih ada peluang bagi Banteng untuk mengusung keduanya. Lagian, kata Hasto, PDIP punya pengalaman mengusung pasangan Ahok-Djarot yang keduanya sama-sama berasal dari PDIP pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Ini dinamika hal yang wajar, dulu Mas Djarot di Pilkada DKI berdinamika. Dinamika itu sehat," kata Hasto.

Untuk diketahui, usulan untuk mengkawinkan Ganjar-Puan di 2024 rame disuarakan pihak-pihak di luar PDIP. Malah sudah ada kelompok relawan yang terang-terangan mendeklarasikan Ganjar-Puan untuk Pilpres 2024. Alasannya, dengan mengkawinkan Ganjar-Puan, kelompok ini berharap suara pemilih Jokowi di Pilpres 2019 tidak akan terpecah ke paslon lain. Ganjar-Puan juga dianggap bisa menghentikan gejolak di internal PDIP. 

Kalau Ganjar-Puan diduetkan, bagaimana peluang menangnya? Direktur Eksekutif Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (SIGMA), Hendra Setyawan menyarankan, sebaiknya PDIP berpikir matang-matang. Mengusung sesama kader banteng, kata dia, bakal mudah dikalahkan oleh paslon lain yang diusung oleh gabungan parpol. 

“Tanpa koalisi, PDIP akan sulit menang,” ujar Hendra, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Analisanya, duet ini bisa tampil sebagai pemenang karena dua partai yang berada di papan atas.

Justru, ketika PDIP menggunakan tiket sendirian untuk jagoannya, sekalipun membuat solid barisan partai, namun tidak menambah suara di luar partai. Bisa jadi, katanya, PDIP akan menjadi musuh bersama seluruh kontestan Pemilu 2024. 

"PDIP layak belajar dari kekalahan Pilkada DKI Jakarta 2017 karena mengajukan Ahok-Djarot yang sesama kader banteng," katanya.

Pengamat politik Universitas Paramadina, Septa Dinata menilai, duet Ganjar-Puan akan dipilih bila dalam prosesnya, gesekan yang terjadi di internal kian kencang. 

“Mungkin saja terjadi duet Ganjar-Puan, tapi itu bukan pilihan pertama, tapi opsi terakhir,” ujar Septa.

Pengamat politik dari IndoStrategi Research and Consulting Arif Nurul Imam kasih saran serupa. Kata dia, PDIP harus berkoalisi dengan partai lain untuk mengusung capres-cawapres.

"Untuk memperbesar potensi kemenangan, alangkah baiknya PDIP berkoalisi dengan partai lain," saran Arif.

Apa tanggapan PDIP terkait semua saran ini? Politisi senior PDIP, Hendrawan Supratikno mengaku aneh dengan prediksi yang menyebut PDIP bakal kalah kalau mengusung capres-cawapres sesama banteng.

“Terlalu dini bicara kalah menang. Kita harus memikirkan hal-hal yang lebih substantif dalam kehidupan bangsa dan negara kita,” ujar Hendrawan, saat dikonfirmasi Rakyat Merdeka, kemarin.

Wakil PDIP di Senayan ini memastikan partainya dalam posisi tenang dan seksama mencermati beragam hal yang berkembang ihwal Pilpres 2024. Hendrawan juga meyakini partainya masih jauh memutuskan siapa jagoannya. Termasuk perlu melakukan koalisi atau tidak.

“Menabuh gendang kontestasi terlalu awal, justru bisa membuat kita kurang fokus mengerjakan tugas utama kita yang hasilnya ditunggu rakyat,” katanya.

Ia mengingatkan, deadline pencalonan Pilpres 2024 itu masih sangat lama. Yaitu, September 2023. Artinya, masih cukup waktu untuk mengamati dinamika yang terjadi, manuver yang penting, dan intensi koalisi yang terbangun.“

Ketum memikirkan semua aspek dan dimensi yang relevan dalam kontestasi Pilpres. Aspek ideologis, integritas, kompetensi, keterwakilan spektrum politik geopolitik kawasan, potensi kerja sama paslon, hingga sinergitas dukungan,” pungkasnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: