Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Persepsi Negatif Tak Terhindari, Jokowi saat Ini Dinilai Perlu Melakukan Reshuffle

Persepsi Negatif Tak Terhindari, Jokowi saat Ini Dinilai Perlu Melakukan Reshuffle Joko Widodo | Kredit Foto: Instagram/Joko Widodo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Saat ini dinilai merupakan waktu yang tepat untuk melakukan perombakan atau reshuffle kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo-Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Sebab, kini sudah beberapa kali mendapat persepsi negatif dari masyarakat, terutama yang paling mencolok adalah terkait kasus kelangkaan minyak goreng.

"Pemerintah saat ini sudah semestinya melakukan reshuffle, sebab persepsi negatif terhadap kinerja pemerintah misal mengenai kasus minyak goreng," kata Pengamat Politik Citra Institute, Efriza dilansir dari AKURAT.CO, Sabtu (11/6/2022).

Menurut Efriza, reshuffle kabinet masih dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan seperti kurangnya 10 wakil menteri yang kosong. Reshuffle juga dibutuhkan untuk merespons situasi perkembangan global.

"Reshuffle juga dibutuhkan untuk menggeliatkan kembali perekonomian ketika pandemi (Covid-19) sudah mulai menyusut tajam," ujar dia. 

Baca Juga: Rocky Gerung Blak-blakan Kenapa Jokowi Selalu Kasih Kerjaan ke Luhut: “Kimia Politik” Itu dengan Sendirinya…

Di samping itu, dia menerangkan, reshuffle dibutuhkan karena Jokowi sudah mulai kesal terhadap kinerja para menteri dalam menghasilkan keputusan, dalam berkomunikasi yang menimbulkan kegaduhan. 

Kendati demikian, lanjut Efriza, pergantian kabinet Jokowi-Amin memang dibutuhkan agar kinerja pemerintah berjalan dengan baik, cepat, dan menumbuhkan persepsi positif dari masyarakat terhadap pemerintah.

"Bukan pemerintahan yang hanya mementingkan kepentingan pribadi dengan tetap memelihara orang-orang yang loyal kepada pemerintah meski berkinerja buruk, membuat kegaduhan, dan menyebabkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah semakin merosot tajam," papar dia. 

Adapun kata Efriza, sudah tidak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak melakukan reshuffle. Sebab jika Jokowi tidak melakukan reshuffle, ini membuktikan bahwa pemerintahan Jokowi khawatir akan tidak solidnya partai-partai pendukung pemerintahan karena menterinya di-reshuffle. 

Baca Juga: Grace Natalie Singgung Isu Agama ke Anies Baswedan, Penjelasan Refly Harun Menggelegar, Simak!

"Tanpa terjadinya reshuffle juga menunjukkan bahwa hak prerogatif presiden telah dikalahkan dengan kepentingan individu, kelompok, ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak lagi mengedepankan rakyatnya sebagai pemberi legitimasi bagi pemerintah, " ujarnya. 

"Tanpa adanya reshuffle ini menunjukkan bahwa Presiden Jokowi punya beban dipundaknya, malah membesarkan persepsi selama ini di masyarakat bahwa pemerintahan ini dibangun hanya bagi-bagi kursi karena berhasil memenangkan kembali Jokowi sebagai presiden," pungkas dia. []

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: