Tekankan Pentingnya Digital Trust, Ini Kata CEO VIDA Soal Tanda Tangan Elektronik
Tanda tangan elektronik atau digital dinilai menjadi solusi transaksi selama pandemi Covid-19. Hal ini juga didukung dengan menyusulnya perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat, hingga terjadi pergeseran yang signifikan dari konvensional menuju digital. Dahulu, semua hal yang dilakukan secara tradisional, kini mau tidak mau berubah mengarah ke otomatis yang berbasis internet.
Salah satu Penyelenggara Sertifikat Elektronik (PSrE) di Indonesia, VIDA merupakan penyedia solusi bagi para pelaku industri digital hadir di Indonesia sejak 2018 agar dapat meminimalisasi risiko fraud, penyalahgunaan data dan informasi, serta aktivitas ilegal lainnya yang berdampak negatif bagi bisnis.
Lalu, bagaimanakah VIDA sebagai PSrE non-instansi pertama di Indonesia yang mendapatkan akreditasi WebTrust dan tercatat dalam AATL sejak 2020, memperkenalkan inovasi tanda tangan elektronik kepada masyarakat Indonesia? Berikut wawancara eksklusif CEO dan Co-Founder VIDA, Sati Rasuanto bersama tim Warta Ekonomi beberapa waktu yang lalu.
Baca Juga: Tutup Penggalangan Dana Seri A, VIDA Akan Perdalam Keamanan Informasi dan Pembelajaran Mesin
Bagaimana Anda awalnya terpikirkan untuk membangun VIDA di Indonesia?
VIDA lahir awalnya dari diskusi saya bersama dengan Niki Luhur, Founder dan Group CEO VIDA di tahun 2012 perihal inklusi finansial, di mana kebanyakan pembicaraan mengenai inklusi finansial berputar hanya sebatas layanan fintech, namun masalah untuk mencapai inklusi finansial tidak hanya di akses finansial itu saja, tapi ada teknologi lain yang dapat mendukung inklusi finansial tersebut.
Kami percaya bahwa untuk mencapai inklusi finansial dibutuhkan ekosistem tersendiri. Salah satu cara yang dapat mendukung inklusi finansial yang saya dan Niki diskusikan sampai pada kesimpulan adalah dengan menyediakan identitas digital yang aman di dalam ekosistem fintech.
Namun, hasil pembicaraan kami baru berbuah di 2018 dengan didirikannya VIDA sebagai Penyedia Sertifikat Elektronik (PSrE) terdepan dan telah bekerja sama dengan berbagai stakeholders di industri digital dalam penyediaan layanan identitas digital yang aman, cepat dan terjangkau.
Sebelum menjadi CEO VIDA, apakah Anda memang bekerja di bidang teknologi? Bagaimana perjalanannya hingga saat ini?
Saya memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun dalam bidang project finance, investment, development & public policy, startup acceleration/entrepreneurship. Namun, sebelum saya masuk menjadi bagian dari VIDA, saya sama sekali tidak punya latar belakang di bidang teknologi. Saya sendiri awalnya senang bekerja dengan sektor publik yang saya kira mempunyai kemampuan untuk mengubah dunia menjadi lebih baik dan tidak melihat kemampuan sektor privat untuk memberikan keuntungan sosial bagi lingkungan dan dunia.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, saya makin sadar bahwa sektor privat dapat memberikan efek baik kepada publik dengan menghasilkan lapangan kerja dan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dengan bekerja di sektor privat, dengan memiliki sebuah misi, kita dapat bekerja dan berkolaborasi dengan berbagai individu yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan misi tersebut.
Selain itu, saya makin sadar dengan kemampuan seorang individu yang bisa make something happen membuat saya lebih berani untuk memulai membantu launching endeavor di Indonesia dan memulai VIDA.
Jejak Karir:
- Co-founder & former Managing Director, Endeavor Indonesia
- Chief of Staff/Special staff for the Minister of Investment/Chairman of Investment Coordinating Board of Indonesia
- Operation Officer/finance specialist - Infrastructure (Power & Water sector), World Bank Group
- Sekarang menjabat sebagai Co-founder & CEO of VIDA dan Deputy Secretary General IV (Wakil Sekretaris Jenderal IV) & Head of The Personal Data Protection Task Force untuk Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH)
Beberapa kali pertemuan dengan VIDA selalu menekankan digital trust, menurut Anda apa yang membuat digital trust harus ada saat ini? Apakah konsep ini baru muncul setelah digitalisasi hadir?
Dengan semakin cepatnya penetrasi digital di Indonesia dan pergeseran aktivitas dan transaksi yang semula dari offline menjadi online, membuat digital trust semakin diperlukan. Agar terjadi pertumbuhan industri digital, para pelaku digital membutuhkan lingkungan digital yang memberikan rasa aman dan nyaman. Apalagi mengingat kejahatan siber atau tindak penipuan di dunia digital turut meningkat seiring dengan digitalisasi itu sendiri.
Agar dapat bertumbuh, pelaku industri digital harus dapat menjamin keamanan data yang telah diberikan oleh penggunanya. Bilamana rasa percaya pengguna hilang, maka pertumbuhan ekosistem digital akan berhenti. Di situlah digital trust menjadi konsep yang harus dijunjung oleh industri digital.
Untuk dapat mempertahankan digital trust yang sudah ada, VIDA ingin menjadi jembatan antara digital trust giver (pengguna) dan digital trust provider (industri digital) untuk dapat meningkatkan kepercayaan antara platform digital dan pengguna dengan identitas digital.
Bisa dijelaskan sebetulnya apa saja yang bisa dibantu, dicegah, dan jaminan apa saja saat menggunakan identitas digital khususnya dari VIDA?
VIDA, sebagai Penyelenggara Sertifikat Elektronik (PSrE) berinduk dari Kementerian Komunikasi dan Informasi Indonesia (Kemenkominfo) terus menjunjung tinggi konsep above and beyond compliance yang memacu kami untuk menggunakan teknologi kelas dunia dan standar keamanan global demi memberikan rasa aman dan aman bagi konsumen.
Layanan platform identitas digital kami dilengkapi dengan Face Recognition dan Liveness Detection mutakhir, telah tersertifikasi ISO 27001, dan VIDA merupakan PSrE pertama di Indonesia yang memiliki sertifikasi global WebTrust dan termasuk dalam Adobe Approved Trusted List (AATL), sehingga memungkinkan operabilitas dan integrasi ke berbagai platform global.
Komitmen kami adalah menyediakan layanan yang mengedepankan dan memiliki speed (kecepatan dan kenyamanan layanan), scale (kemampuan kami untuk memberi layanan dalam skala besar tanpa mengurangi kualitas), secure (standar keamanan tertinggi), dan social impact (berdampak bagi masyarakat luas). Dengan demikian kami akan mampu memberikan pengalaman masuk ke ekosistem digital yang aman bagi masyarakat Indonesia dan tumbuh bersama dengan para mitra bisnis kami.
Siapa saja yang bisa menggunakan PSrE VIDA? Selain pemerintah, perusahaan besar, apakah seorang personal juga bisa? Boleh tahu, hingga saat ini siapa saja konsumen atau pengguna VIDA? Dari pemerintah atau perusahaan mana?
Layanan Sertifikat Elektronik, Tanda Tangan Elektronik dan Identitas Digital (E-KYC) kami masih terfokus bagi pengguna partner bisnis kami, namun masyarakat yang masuk ke dalam ekosistem digital melalui rekan bisnis kami secara langsung menggunakan teknologi VIDA dalam proses E-KYC-nya. Kami telah bekerja sama dengan berbagai pemain industri digital besar seperti jasa keuangan, e-commerce, dan juga layanan kesehatan.
Sebuah istilah “semakin canggih teknologi, semakin canggih juga kejahatan siber” menurut Anda, apakah ada kemungkinan ada kebocoran data atau pembobolan meski telah menggunakan TTD elektronik?
Standar keamanan sistem informasi terus berkembang dari waktu ke waktu. Sebagai pelaku industri, VIDA dipastikan selalu mengikuti standar terbaru yang industri sepakati sebagai level paling aman.
Namun dengan mengikuti standar kepatuhan Penyelenggara Sertifikat Elektronik (PSrE), pengelolaan terhadap data pengguna, perangkat dan fasilitas dipastikan dapat mengeliminasi kemungkinan kebocoran dan pembobolan data tersebut.
Di satu sisi, VIDA menjunjung tinggi konsep above and beyond compliance sehingga kami menggunakan teknologi kelas dunia dan standar keamanan global demi memberikan rasa aman dan aman bagi konsumen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: