Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Siapkah UKM Indonesia Bertransformasi secara Digital?

Siapkah UKM Indonesia Bertransformasi secara Digital? Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Keberadaan Industri 4.0 membuat kita makin akrab dengan istilah otomasi dan digitalisasi. Diskusi yang seolah tak pernah habis ini menimbulkan banyak pertanyaan mengenai peran manusia dalam kemajuan teknologi yang pesat. Apakah kita sebagai manusia masih memiliki kemampuan untuk mengembangkan sebuah perusahaan? Apakah kita mampu mengikuti, bahkan menyaingi cepatnya pertumbuhan teknologi?

Pandemi Covid-19 memiliki peran penting dalam akselerasi proses digitalisasi di kehidupan kita sehari-hari. Masyarakat seolah dituntut untuk mengubah kebiasan mereka dan mengalihkan berbagai jenis pekerjaan ke dalam platform digital, baik itu sekolah, kerja, bertransaksi, maupun untuk sekadar berkomunikasi.

Baca Juga: Makin Saingi Grab hingga GoTo, Air Asia Luncurkan Dompet Digital

Akan tetapi, proses otomatisasi dan digitalisasi ini membutuhkan talenta khusus yang memiliki kemampuan dan kefasihan untuk dapat membantu berbagai industri untuk bertransformasi secara digital. Untuk itu, penting bagi Indonesia untuk mulai memposisikan diri dan fokus terhadap pertumbuhan–terutama pertumbuhan yang didorong oleh permintaan konsumen dan output produksi massal.

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional atau ILO, Indonesia memiliki 816.000 UKM yang mempekerjakan 7,9 juta orang sehingga mampu berkontribusi sebesar 27% terhadap GDP Indonesia. Dominasi UKM terhadap ekonomi nasional inilah yang menjadikan kesiapan tenaga kerja unsur kritikal untuk diperhatikan jika Indonesia ingin bertransformasi secara digital.

Baru-baru ini, SAP melakukan sebuah studi terhadap 1.363 UKM di Asia-Pasifik dan Jepang, termasuk 210 UKM di Indonesia, untuk mengetahui bagaimana UKM di Asia bertahan selama masa pandemi.

Studi ini menunjukkan bahwa 84% UKM di Indonesia yakin mereka cukup tangguh dalam menghadapi pandemi, dan lebih dari 90% optimis bahwa bisnis mereka akan berkembang dalam 12 bulan ke depan. Mereka juga menyatakan bahwa inovasi menjadi salah satu strategi prioritas, dengan kepuasan konsumen, meningkatkan penjualan, dan transformasi digital sebagai prioritas berikutnya.

Memprioritaskan SDM

Walau perhatian besar tetap ditujukan ke penggunaan teknologi, pandemi berkepanjangan telah mengungkapkan kerentanan tenaga kerja UKM Indonesia. Banyak dari perusahaan UKM yang mengalami kesulitan dalam proses merekrut, meretensi, serta meningkatkan keterampilan karyawan yang kemudian berdampak pada rencana mereka untuk melakukan transformasi digital.

Riset yang dilakukan oleh SAP menemukan bahwa 25 persen UKM setuju bahwa lebih banyak karyawan yang mengundurkan diri saat ini dibandingkan dengan 12 bulan yang lalu, sementara hampir 63 persen UKM mengatakan bahwa mereka menghadapi kesulitan dalam mengatasi dampak dari pengunduran diri yang masif. Krisis talenta ini menjadi suatu ancaman ketika hampir 50 persen dari UKM kini merasa kesulitan untuk merekrut pengganti dengan kompetensi yang baik.

Sayangnya, belum banyak UKM yang tanggap terhadap permasalahan ini. Krisis ketenagakerjaan yang terjadi memengaruhi target sebagian besar (81%) UKM di Indonesia untuk melakukan transformasi digital, di mana transformasi ini bersifat vital bagi keberlanjutan banyak UKM ke depannya.

Lantas, bagaimana caranya agar UKM dapat mempertahankan talenta yang ahli dalam transformasi digital untuk tidak meninggalkan organisasi mereka? Bagaimana UKM dapat meningkatkan kemampuan dari karyawan mereka yang ada saat ini?

Survei SAP mengungkapkan bahwa 80 persen UKM di Indonesia kini menggiatkan kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk mempertahankan staf yang ada sembari meningkatkan kemampuan mereka guna mendukung transformasi digital mereka.

Memiliki tenaga kerja terampil tak hanya penting bagi pertumbuhan UKM saja, tetapi juga bagi seluruh perekonomian negara. Menurut McKinsey & Co., proses transformasi digital di Indonesia dapat mendorong pertumbuhan ekonomi negara hingga mencapai US$150 miliar per tahunnya pada tahun 2025 kelak.

Memprioritaskan kebutuhan karyawan juga sama pentingnya. Situasi pandemi yang melanda dunia telah mendorong berbagai perusahaan untuk menerapkan sistem Work from Anywhere (WFA), yang memberikan lebih banyak fleksibilitas bagi karyawan. Menjaga kesehatan fisik, emosional dan mental karyawan, akan menurunkan kemungkinan terjadinya kelelahan (burnout) yang berpotensi menghambat proses percepatan transformasi digital dan operasional perusahaan secara umum.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: