Bilang Xi Jinping Gak Pintar, Aktivis Hak-hak China Dituduh Makar dan Diadili Partai Komunis Diam-diam
Seorang advokat hak asasi manusia (HAM) terkemuka di China pada Rabu (6/7/2022) diadili secara tertutup dengan tuduhan makar. Belakangan diketahui dia pernah meminta Presiden Xi Jinping mundur karena "tidak cukup pintar".
Langkah itu dilakukan ketika Partai Komunis China diperkirakan akan semakin mempererat cengkeramannya pada kekuasaan dengan masa jabatan ketiga yang hampir belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca Juga: Terancam Pembatasan Sosial Lagi dan Lagi, Warganet China: Biar Kuceritakan Kisah Seram
Xu Zhiyong, seorang aktivis hak-hak sipil veteran dan sarjana hukum, mengaku tidak bersalah di depan pengadilan lokal di daerah Linshu, provinsi Shandong timur, dalam sidang sehari yang tertutup untuk umum dengan alasan bahwa "itu melibatkan rahasia negara."
Seseorang yang mengetahui langsung kasus tersebut mengatakan pengadilan mengatakan pada akhir persidangan bahwa hukuman akan diumumkan "di kemudian hari."
Pendukung dan kelompok hak asasi menyebut persidangan itu "sangat tidak adil" dan tuduhan itu "dibuat-buat."
"Kasus politik semacam itu tidak ada hubungannya dengan hukum atau bukti. Seluruh proses persidangan didominasi oleh kekuatan politik di belakang pengadilan," kata Teng Biao, seorang pengacara hak asasi manusia terkemuka China yang sekarang berbasis di Amerika Serikat.
"Ini adalah pengadilan politik dan penganiayaan politik," ujarnya, dikutip laman CNN.
Teng mengatakan Xu kemungkinan akan menerima hukuman berat, karena ini akan menjadi kedua kalinya dia dipenjara. Pada tahun 2014, Xu dijatuhi hukuman empat tahun penjara karena "mengumpulkan orang banyak untuk mengganggu ketertiban umum."
"Untuk tapol, hukuman penjara kedua biasanya lebih lama dari yang pertama," kata Teng.
Surat Terbuka
Xu (49), ditahan pada Februari 2020 di kota Guangzhou selatan setelah menghabiskan hampir dua bulan bersembunyi. Dia adalah salah satu dari beberapa aktivis hak yang ditangkap oleh pihak berwenang setelah pertemuan pribadi di kota tenggara Xiamen pada Desember 2019.
Saat dalam pelarian, Xu mengeluarkan surat terbuka yang ditujukan kepada Xi, memintanya untuk mengundurkan diri --seruan yang sangat blak-blakan yang dengan cepat disensor di internet China. Secara terbuka menyerukan seorang pemimpin untuk mundur adalah tindakan yang sangat berisiko di China, di mana perbedaan pendapat politik ditekan dengan ketat dan dihukum berat, terutama di bawah Xi.
Dalam suratnya, Xu melancarkan serangan keras terhadap kebijakan Xi, mulai dari pengetatan kontrol Partai Komunis terhadap ekonomi hingga penindasan kebebasannya di Hong Kong dan penanganannya terhadap wabah awal Covid di Wuhan.
"Saya tidak berpikir Anda orang jahat. Anda hanya tidak cukup pintar," tulisnya.
"Oleh karena itu, saya mendesak Anda sekali lagi --yang saya yakini juga merupakan sentimen yang dipegang secara luas: Tuan Xi Jinping, silakan mundur," sambungnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: