Kredit Foto: (Foto : Boldsky)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan pasar global minyak nabati meningkat dari 199,1 juta metrik ton pada 2020 menjadi 258,4 juta metrik ton pada 2026.
Proyeksi ini ditopang pertumbuhan populasi global dan meluasnya penggunaan produk ini di berbagai industri. Sejalan dengan itu, Airlangga mengatakan kesinambungan pasokan minyak nabati ke pasar global menjadi penting untuk mencegah volatilitas harga lebih lanjut dan guncangan terhadap ekonomi global.
Apalagi sebelum terjadi krisis global, minyak nabati telah lama menjadi sumber mata pencaharian bagi petani skala kecil serta sumber mesin pembangunan di banyak negara berkembang.
“Dalam hal ini, kami terus percaya bahwa upaya bersama untuk memastikan keberlanjutan di pasar minyak nabati global harus dilakukan secara holistik dan non diskriminatif,” tegas Airlangga, kemarin.
Pemerintah kata dia tidak hanya berupaya memulihkan kondisi ekonomi seperti sebelum pandemi, tetapi juga mengupayakan transformasi perekonomian menjadi lebih hijau, berkelanjutan, dan inklusif.
Untuk itu, dibutuhkan lingkungan yang kondusif serta penyediaan sumber daya dan keterampilan untuk mendukung petani kecil dalam mewujudkan produksi berkelanjutan atas komoditas yang digunakan untuk menghasilkan minyak nabati.
Sebagai salah satu produsen dan pengekspor minyak nabati utama dunia, termasuk minyak sawit dan minyak kelapa, Airlangga menyatakan Indonesia terus menekankan pentingnya memastikan keberlanjutan di seluruh sektor minyak nabati.
Hal tersebut dilakukan diantaranya melalui pemanfaatan smart farming pada perkebunan kelapa maupun dukungan replanting bagi petani sawit.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar