Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ada Peranan Penting yang Dipegang Netizen dalam Pilpres 2024, Patut Diperhatikan

Ada Peranan Penting yang Dipegang Netizen dalam Pilpres 2024, Patut Diperhatikan Kredit Foto: Unsplash/Chris Yang
Warta Ekonomi, Jakarta -

Netizen atau warganet adalah kantong suara baru yang memiliki potensi besar memengaruhi hasil pemilu presiden (pilpres) 2024, ungkap LSI Denny JA dalam surveinya. 

"Salah satu temuan penting dari hasil survei terbaru LSI Denny JA adalah bahwa pada saat ini pertama kalinya dalam sejarah, dua tahun menjelang Pilpres 2024, komunitas digital atau yang biasa kita sebut sebagai netizen ini jumlahnya sudah 50 persen lebih. Memang ini khusus untuk pengguna Facebook. Bahkan untuk pengguna WhatsApp dan WhatsApp grup mencapai 60 persen," ujar Direktur CPA LSI Denny JA, Ade Mulyana, dalam diskusi virtual XYZ+ bertajuk "Netizen Menentukan Pemenang Pilpres 2024".

Baca Juga: Padahal di Belakang Ganjar-Sandiaga, Orang Demokrat Beri Komentar Manis AHY Diduetkan dengan Anies di Pilpres 2024

Survei yang dirilis awal Juli 2022 menilai netizen sejajar posisinya dengan kantong suara besar lainnya yang sudah ada dan juga memiliki pengaruh dalam pilpres, seperti wong cilik dan pemilih Islam.

"Nah jadi dengan jumlah yang di atas 50 persen ini, maka kami kategorikan bahwa netizen ini merupakan kantong suara besar baru di samping kantong-kantong suara besar yang lama, misalnya, kita tahu kantong suara besar dari wong cilik dan juga pemilih muslim," ujar dia menambahkan. 

Dia menjelaskan, untuk survei nasional ke depannya, pihaknya akan lebih fokus untuk menggali lebih dalam dan merinci data di lapangan mengenai potensi masing-masing pengguna platform media sosial, termasuk Instagram, YouTube, Twitter dan juga TikTok.

Survei terbaru LSI Denny JA juga mengungkapkan bahwa untuk kantong suara di komunitas digital, poros Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) unggul. 

"Kalau kita lihat sekarang ini, ada tiga poros kekuatan utama, yakni PDIP dengan satu partai saja, juga ada koalisi yang sudah solid yakni KIB dan juga ada koalisi yang diprakarsai Gerindra dan mungkin juga PKB sebagai poros ketiga," kata Ade. 

"Memang dari tiga poros tadi, untuk kantong suara netizen ini yang lebih unggul adalah KIB. Kenapa? Mungkin kalau kita lihat dari segmentasinya, pengguna media sosial rata-rata adalah mereka yang berasal dari perkotaan dan juga berpendapat tinggi," sambungnya. 

"Untuk PDIP ini mereka unggul di kantong-kantong suara wong cilik, karena memang PDIP ini mengkampanyekan sebagai partai wong cilik. Untuk koalisi Gerindra PKB ini lebih unggul ke pemilih muslim. Jadi memang, dua koalisi ini yang belum unggul di segmen pemilih digital. Jadi mereka harus menargetkan segmen ini," papar Ade. 

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa jika poros lain ingin menyalib KIB dan merebut suara di kantong pemilih digital, maka mereka harus mengkampanyekan narasi-narasi tang sesuai dengan tipikal atau segmen masyarakat berpendidikan dan penghasilan tinggi. 

"Begitu pun juga dengan KIB, jika ingin merebut suara dari kantong suara wong cilik, narasi-narasi harus disesuaikan dengan wong cilik. Demikian juga dengan kantong suara pemilih muslim," kata Ade.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: