Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kendaraan Otonom Dinilai Bisa Mewujudkan Sistem Transportasi Masa Depan yang Lebih Cerdas

Kendaraan Otonom Dinilai Bisa Mewujudkan Sistem Transportasi Masa Depan yang Lebih Cerdas Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kendaraan tanpa awak atau kendaraan otonom (autonomous vehicle, AV) merupakan moda transportasi masa depan dan akan menjadi bagian dari sistem transportasi cerdas (intelligent transport system atau ITS). Kendaraan ini memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya, tepat waktu, konsumsi bahan bakarnya hemat hingga 15%, mengurangi emisi karbon, mengatasi kemacetan lalu lintas, dan mengurangi tingkat kecelakaan yang terjadi akibat kelalaian manusia (human error) hingga 40%.

Dengan sejumlah keunggulannya tersebut, pemerintah ingin mengoperasikan AV di kawasan Ibu Kota Negara di Kalimantan Timur. Ini sejalan dengan konsep IKN, yakni green and smart city yang mengutamakan penggunaan energi baru terbarukan dan ramah lingkungan. Jadi, penggunaan kendaraan listrik dan kendaraan otonom sejalan dengan konsep IKN.

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengungkapkan bila meski begitu masih ada sejumlah tantangan dalam mewujudkan AV sebagai bagian dari sistem transportasi nasional. Di antaranya, kesiapan jalan, kondisi lingkungan, jaringan internet, regulasi teknis yang terkait dengan laik jalan, termasuk pelaksanaan uji kendaraan. 

“Pemerintah saat ini tengah menyusun dan mematangkan regulasi yang terkait dengan kendaraan otonom. Untuk mewujudkan AV menjadi bagian dari sistem transportasi nasional, pemerintah membutuhkan dukungan dan kolaborasi dari banyak pihak, seperti akademisi dan kalangan swasta,” ucapnya, dalam sambutan kuncinya pada webinar Melirik Prospek Kendaraan Otonom di Indonesia: Peluang serta Tantangannya, Sabtu (13/8/2022).

Baca Juga: Ribuan Masyarakat Telah Rasakan Kendaraan Listrik Otonom di QBig BSD City

Webinar yang diselenggarakan secara daring ini merupakan hasil kolaborasi antara President University (PresUniv), Kementerian Perhubungan dan PT Jababeka & Co. Lebih dari 500 peserta mengikuti webinar ini. Sebagian mereka adalah mahasiswa, dosen dan perwakilan dari sekitar 60 perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Sementara, dalam sambutan pembukanya, Direktur PT Jababeka Tbk. Suteja Sidarta Darmono menegaskan, pihaknya siap mendukung kehadiran kendaraan otonom di Indonesia. 

Suteja memaparkan, Jababeka saat ini tengah mengembangkan Jababeka Silicon Valley atau Correctio lewat kolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Indogen Capital dan PT Bisa Artifisial Indonesia (BISA AI).

Jababeka mengembangkan Correctio dengan dukungan tiga pilar, yakni Industry 4.0, Society 5.0, dan Transit Oriented Development (TOD). Correction hadir untuk mendukung perusahaan-perusahaan yang ingin migrasi ke Industry 4.0. Untuk mendukung itu, ungkap Suteja, pihaknya tengah membangun jaringan internet 5G di Jababeka Silicon Valley. AV, lanjut dia, membutuhkan dukungan infrastruktur. Salah satunya adalah koneksi internet yang kuat. “Dengan adanya jaringan internet dengan sinyal yang kuat, AV dapat digunakan di kawasan ini,” kata Suteja.

Kelebihan dan Kekurangan Kendaraan Otonom

Selain Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Suteja Darmono, webinar kendaraan otonom ini juga menghadirkan pembicara Budi Setiyadi, Staf Utama Menteri Perhubungan bidang Transportasi Darat dan Konektivitas, Rektor PresUniv Chairy yang juga pakar perilaku konsumen, Agung Wicaksono yang Managing Director PT Jababeka Infrastruktur, serta Jhanghiz Syahrivar, pakar pemasaran kontemporer dan peneliti kendaraan otonom dari PresUniv.

Menurut Budi Setiyadi, ada lima elemen yang menentukan perkembangan kendaraan bermotor, yakni persepsi, lokalisasi, perencanaan, kendali kendaraan (vehicle control/driver control) dan sistem manajemen.

“Persepsi adalah proses untuk merasakan lingkungan di sekitar kendaraan otonom.” 

Jadi, lanjut dia, persepsi boleh dibilang sebagai “penglihatan” kendaraan dengan menggunakan dukungan teknologi sensor, seperti LiDAR (Light Distance and Ranging), RADAR dan computer vission. Teknologi sensor lainnya yang bisa digunakan adalah front camera dan sensor ultrasonic.

Sementara, lokalisasi berfungsi mengidentifikasi posisi kendaraan, rambu lalu lintas, persimpangan jalan, termasuk kemacetan. Lalu, perencanaan berfungsi untuk menentukan kemudi dan pergerakan kendaraan berdasarkan informasi dari persepsi. Kemudian, kendali kendaraan digunakan saat kendaraan mulai dipergunakan, dan sistem manajemen merupakan proses komunikasi antara manusia dengan mesin mobil otonom atau biasa disebut Human Machine Interface.

Menurut Budi Setiyadi, selain memiliki beberapa kelebihan, kendaraan otonom juga ada kekurangannya, yakni teknologinya masih mahal. Ini membuat harga kendaraan otonom menjadi tinggi. Selain itu, lanjut Budi Setiyadi, oleh karena kendaraan ini dikendalikan komputer, ada potensi penyadapan. “Dalam konteks Indonesia, masih banyak penduduk yang menggantungkan hidupnya dengan menjadi pengemudi. Kalau semakin banyak kalangan yang memakai kendaraan otonom, ini berpotensi meningkatkan angka pengangguran,” papar Budi Setiyadi.

Di Indonesia, saat ini kendaraan otonom yang berbasis tenaga listrik telah hadir sejak Mei 2022, namun masih dioperasikan secara terbatas. Kendaraan dengan nama Navya Arma saat ini beroperasi di Q Big BSD City dan kawasan BSD Green Office Park, keduanya di kawasan Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: