Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dongkrak Kredit di Tengah Ketidakpastian Global, OJK Fokus Benahi Empat Hal ini

Dongkrak Kredit di Tengah Ketidakpastian Global, OJK Fokus Benahi Empat Hal ini Kredit Foto: Sufri Yuliardi

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Group Surveilans dan Stabilitas Sistem Keuangan LPS menegaskan bahwa potensi pertumbuhan kredit perbankan masih lebih besar lagi. Menurutnya, likuiditas perbankan juga masih cukup longgar di mana rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) di level 133,35% dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) di level 29,99% pada Juni 2022.

"Kalau dari sisi likuiditas relatif masih longgar, AL/DPK masih tinggi. Kepemilikan SBN perbankan masih tinggi yakni Rp1670 triliun dan penempatan dana bank dalam OPT di BI masih Rp509 triliun. Likuiditas masih longgar sehingga potensi untuk dukung pertumbuhan kredit masih memadai," jelasnya.

Lebih lanjut untuk mendorong lebih jauh fungsi intermediasi perbankan, LPS telah menurunkan tingkat bunga penjaminan sebanyak 275 basis poin sejak 2019 sehingga berada di level yang rendah. Adapun tingkat bunga penjaminan LPS di bank umum saat ini adalah 3,50% untuk Rupiah dan 0,25% untuk valas.

"Di lihat dari suku bunga simpanan cenderung menurun, suku bunga deposito turun, BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) turun, dan berdampak pada suku bunga kredit yang terus menurun. di LPS selama pandemi ini dari 2019 sampai 2022 sudah menurunkan 275 bps tingkat bunga penjaminan. Itu untuk mendukung percepatan pemulihan fungsi intermediasi dan sinergi dengan suku bunga acuan BI guna memperkuat momentum pemulihan ekonomi nasional," tandasnya. 

Sementara itu, Direktur Manajemen Risiko PT Bank Maybank Indonesia Tbk, Effendi menilai peluang kredit di masa depan khususnya untuk ritel akan mengarah ke digital. Selain itu pembiayaan produk syariah dan sustainability juga menjadi peluang untuk bank menyalurkan kredit.

"Penyaluran kredit secara digital/ otomasi akan terus berkembang ke produk non ritel yang lebih kompleks. Penggunaan data analitik dengan teknologi terbaru semakin ekstensif untuk pengembangan bisnis dan pengelolaan risiko," ucapnya. Baca Juga: Inflasi dan Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Hantui Tren Pertumbuhan Kredit

Lebih lanjut, Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA ) John Kosasih menambahkan, kredit BCA sampai dengan Juni 2022 tumbuh 13,8% (yoy). Hal ini berkat strategi BCA yang terus berekspansi ke seluruh segmen dalam penyaluran kredit, namun tetap berhati-hati dengan memperhatikan analisa kondisi dan kebutuhan debitur.

"BCA tetap menyalurkan kredit baru maupun tambahan, fokus membantu penyaluran kredit ke sektor UMKM dan ESG, kita mensupport pemerintah. Kita juga melakukan digitalisasi pengajuan kredit dan edukasi kepada nasabah," imbuhnya.

Di sisi lain, Direktur PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) Wahyu Trenggono mengatakan, per Juni 2022, baru 75 juta individu yang baru mengakses kredit dengan nilai Rp3.306,15 triliun. Sementara badan usaha yang mendapatkan fasilitas kredit baru 271 ribu dengan nilai Rp3.818,58 triliun.

"Jika di Indonesia ada 175 juta orang dewasa maka masih ada 100 juta orang dewasa yang belum mendapatkan fasilitas perkreditan," katanya.

Dengan demikian dapat disimpulkan potensi untuk mendorong penyaluran kredit perbankan masih besar karena masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan akses kredit. Selain itu, menurut data BCA masih terdapat 30 juta usaha mikro yang belum mendapatkan akses pendanaan formal. Sementara likuiditas perbankan dinilai masih longgar.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: