Terpisah, Analis Senior CSA Research Institute yang juga Sekretaris Jenderal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada angkat bicara perihal buyback BBRI tersebut. Menurutnya, aksi korporasi tersebut menggambarkan manajemen BRI yang memiliki optimisme terhadap pemulihan ekonomi di Tanah Air dan proyeksi kinerja BRI di masa datang.
Reza pun menilai buyback BBRI dapat menjadi penopang pertumbuhan perseroan ke depan karena pekerja biasanya akan lebih termotivasi apabila memiliki saham Perseroan.
Baca Juga: IHSG Anjlok Drastis, Saham Emiten Bakrie Group Paling Laris Manis!
"Ibaratnya, kondisi masih pandemi saja, mereka (BRI) bisa meningkat kinerjanya. Bagaimana kalau tidak pandemi, harusnya (kinerja BRI) bisa lebih tinggi lagi. Apalagi kalau kita percaya bahwa pemulihan ekonomi ini terus terjadi, dan orang-orang Indonesia semangat dan gigih dalam bekerja, tentunya menjadi penopang pertumbuhan buat BBRI," ujarnya optimistis.
Hal itu bercermin pada kinerja BRI hingga semester I/2022 yang secara konsolidasian mencatatkan laba bersih Rp24,88 triliun atau tumbuh 98,38% secara year on year (yoy). Adapun total aset meningkat 6,37% yoy menjadi Rp1.652,84 triliun. Dari sisi pembiayaan, secara konsolidasian penyaluran kredit mencapai Rp1.104,79 triliun atau tumbuh 8,75% yoy.
Bahkan, portofolio kredit UMKM BRI, sebagai bisnis inti perseroan tumbuh 9,81% dari Rp837,82 triliun pada akhir Juni 2021, menjadi Rp920 triliun pada akhir Juni 2022. Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM menjadi sebesar 83,27% dari total portofolio penyaluran pembiayaan perseroan.
Pencapaian tersebut diiringi pula dengan manajemen risiko yang baik dengan rasio kredit bermasalah atau NPL secara konsolidasian terjaga di level 3,26%. Manajemen BRI pun menyiapkan pencadangan sebagai langkah antisipatif atas potensi pemburukan kredit dengan NPL coverage sebesar 266,26%.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: