Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nggak Cuma Indonesia yang Susah Gegara Kenaikan Harga BBM, Jokowi Blak-blakan: Bahkan di Beberapa Negara Rp30 Ribu

Nggak Cuma Indonesia yang Susah Gegara Kenaikan Harga BBM, Jokowi Blak-blakan: Bahkan di Beberapa Negara Rp30 Ribu Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Polemik kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang memicu gelombang protes masih terus menjadi bahan perbincangan. Meski demikian, Presiden Joko Widodo (Jokowi) punya alasan kuat sebelum mengambil keputusan yang dinilai memberatkan masyarakat ini.

Menurutnya, saat ini semua negara tengah menghadapi situasi yang sulit. Di samping dampak pandemi yang belum usai, kini juga terjadi masalah krisis di sejumlah sektor, seperti energi, krisis pangan, serta keuangan yang belum stabil.

Baca Juga: DPR Sibuk Ngurusin Ultah Mbak Puan Maharani saat Rakyat Demo Tolak Kenaikan Harga BBM, Gebrak: Rakyat Menderita, Wakil Rakyat Pesta!

"Sama juga di negara kita. Urusan yang berkaitan dengan BBM ini persis sama yang dialami oleh negara-negara lain. Bahkan, di beberapa negara, harga BBM sudah ada yang mencapai Rp17 ribu. Juga ada yang Rp30 ribu," papar Jokowi dalam pertemuan dengan sejumlah menteri dan kepala daerah di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (12/9/2022).

Bahkan, lanjut Jokowi, gas di Eropa sekarang ini sudah naiknya bisa lipat enam kali. Malah, ada yang tujuh kali.

"Sehingga, apa yang sudah kita tahan-tahan saat itu, mencegah subsidi BBM kita agar tidak membengkak lagi, ternyata tidak bisa kita lakukan. Karena memang, subsidi BBM yang sebelumnya Rp152 triliun, sudah melompat tiga kali lebih menjadi Rp502,4 triliun," jelas Jokowi.

Baca Juga: Polda Aceh Berhasil Sita 8 Ton BBM Subsidi dari 21 Kasus Penyalahgunaan

"Jumlah yang ada ini pun, setelah kita lihat lebih detail, kuota subsidinya hanya untuk 23 juta kiloliter Pertalite dan 15,1 juta kiloliter solar," imbuhnya.

Setelah dikalkulasi, pasokan itu hanya mencukupi hingga awal Oktober. Kalau sampai akhir tahun, sampai akhir Desember, kebutuhan menjadi 29,1 juta kiloliter untuk Pertalite dan 17,4 kiloliter untuk solar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: