Kisah Hery dan Dyah, Relawan yang Dedikasikan Hidupnya untuk Anak-anak Penderita Hati Kronis
Menteri Sosial Tri Rismaharini mengunjungi Yayasan Rumah Singgah Pejuang Hati di Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, Minggu (29/10/2022). Dalam kunjungannya, Mensos bertemu dengan Hery dan Dyah Putri Ambarwati selaku pengelola Yayasan Rumah Singgah pejuang hati yang menjadi relawan sejak 2015 bagi anak-anak penderita gangguan hati kronis.
Di tahun 2017, Hery dan relawan lainnya membuka rumah singgah untuk anak-anak dengan gangguan hati kronis yang menjalani pengobatan di Jakarta, terutama di RS Cipto Mangunkusumo.
Baca Juga: Mensos Risma Dorong Pemkab Segera Relokasi Masyarakat Tulungagung di Daerah Rawan Tanah Longsor
Pada kunjungan tersebut, Mensos Risma juga membawa sejumlah mainan dan boneka untuk anak-anak yang menghuni rumah singgah. Mensos Risma mengajak anak-anak bermain dan berdialog dengan orang tuanya.
"Mereka (Yayasan Rumah Satu Hati) adalah orang-orang yang tak lelah mendampingi di tengah suka duka dan di tengah tawa dan air mata," kata Mensos Risma dalam keterangannya, Sabtu (29/10/2022).
Keberadaan yayasan yang memberi banyak manfaat ini menjadi latar belakang diberikannya penghargaan dengan Kategori "Kemanusiaan". Ditemui di lokasi yang sama, Hery mengatakan bahwa inisiasi membangun yayasan ini dimulai karena pengalamannya bertemu anak dengan gangguan hati kronis.
"Saya senang dengan kegiatan sosial. Karena itu, saya melihat apa potensi di diri saya agar bisa membantu anak-anak. Saya berpikir bisa menjadi relawan karena waktu itu juga belum ada relawan dan yayasan khusus gangguan hati," tuturnya.
Selain membantu menyediakan rumah singgah dengan kapasitas 7 kamar ini, Hery dan relawan lainnya menggalang donatur untuk membantu memberikan layanan seperti makan sehari-hari dan diapers bagi anak-anak selama berada di rumah singgah. Para relawan juga mencarikan rumah tinggal terdekat sementara jika rumah singgah sudah memenuhi kapasitas.
Tugas utama relawan pejuang hati ini adalah sosialisasi kepada masyarakat tentang ganggun hati pada anak usia 0-10 tahun. Gangguan ini, sambung Hery, masih asing di masyarakat Indonesia sehingga penanganan yang terlambat bisa membahayakan anak.
Hery mengapresiasi perhatian Mensos Risma menyapa anak-anak di rumah singgah. Hery juga berharap kolaborasi pemerintah dalam memberikan perhatian kepada anak-anak dengan gangguan hati kronis ini terjalin.
Baca Juga: Kembali ke Malang, Mensos Tuntaskan Penyerahan Santunan Ahli Waris Korban Tragedi Kanjuruhan
Selain bisa mengakseskan kepada layanan kesehatan di daerah, Hery berharap Kemensos bisa memberikan pelatihan dan bantuan kewirauasahaan bagi orang tua anak yang meninggalkan pekerjaannya di daerah untuk fokus pada pengobatan anak di Jakarta.
"Saya harap pelatihan dan bantuan kewirausahaan dari Kemensos bisa jadi alternatif para orang tua yang kehilangan pekerjaan di daerah agar di Jakarta mereka tetap bisa mencari nafkah untuk kebutuhan pengobatan anak-anaknya," ungkapnya.
Tamara, Ibu dari Anak Maryam yang baru saja menjalani transplantasi hati merasa didukung oleh pemerintah. "Kami senang karena diperhatikan pemerintah. Ini support untuk kami, jadi semangat bagi kami berjuang untuk kesembuhan anak-anak kami," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: