Kredit Foto: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
KTT COP27 di Sharm El-Sheikh Mesir dinilai Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menjadi wadah setiap negara maju mengambil perannya untuk menyelesaikan permasalahan iklim yang banyak terjadi di dunia.
"Masing-masing negara harus berkontribusi jadi bagian dari solusi itu. Sesuai dengan kapasitasnya dan negara maju supaya mengambil peran. Saya kira intinya di situ ya," kata Wapres dalam keterangannya setelah menyerahkan program bantuan BAZNAS Microfinance Masjid kepada jemaah Masjid At Taqwa, di Pondok Cabe Udik, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (11/11/2022).
Baca Juga: Hakim Agung MA Ditangkap KPK, Wapres: Segera Lakukan Reformasi Birokrasi!
Menurutnya, forum tersebut bukan menjadi ajang penyampaian ambisi setiap perwakilan negara, malainkan sebagai tempat mencari solusi untuk membagi beban sebagai bentuk kontribusi yang diberikan.
"Harus burden sharing, jangan sampai burden shifting. Berbagi beban, bukan memindahkan beban. Jadi, jangan negata miskin suruh nanggung. Ini sebenarnya negara maju harus mengambil peran. Nah itu sebenarnya, jadi seperti apa. Yang tu yang menjadi pertemuan itu," jelasnya.
Untuk itu, setiap negara maju dapat memberikan kontribusi sesuai dengan kempuan setiap negara. Karenanya, perlu kerja sama setiap negara maju di tengah permasalahan krisis global. "Negara maju harus mengambil peran. Nah, itu sebenarnya jadi seperti apa. Memang itu yang menjadi tujuan daripada pertemuan itu," tuturnya.
Sebelumnya, dalam keterangan tertulisnya, WALHI menilai pidato Wakil Presiden yang menyebut berbagai pihak belum mengimplementasikan ambisi aksi iklim pasca-COP26 Glasgow sebagai fakta sekaligus ironi. Sebuah ironi karena Pemerintah Indonesia juga menjadi bagian dari pihak yang belum secara serius dan ambisius mengimplementasikan aksi iklim.
Kebijakan dan aksi iklim Indonesia belum mengarah pada peta jalan pengurangan emisi berdasar rekomendasi berbasis sains dan masih mengakomodir berbagai solusi palsu. Meski begitu, gagasan mendorong kontribusi semua pihak sesuai kapasitas dengan semangat burden sharing yang disampaikan Ma’ruf Amin perlu diapresiasi.
Semangat berbagi beban ini perlu dilihat secara kritis sebagai upaya negara maju menghindari tanggung jawabnya sebagai pihak paling besar kontribusinya pada krisis iklim. Sementara, negara berkembang dan miskin dibiarkan sendirian menanggung beban atas dampak krisis iklim melalui berbagai bencana seperti siklon tropis, gelompang panas, banjir rob, kekeringan, dan lainnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: