Mayjen Soenarko Berharap Mahfud MD Akan Perlakukan Hukum dengan Adil untuk Kasus KM50
Mayor Jenderal TNI (Purn.) Soenarko dalam sebuah video berjudul HR5 'MARAH' USAI TEMUAN MOBIL TRAGEDI S4DIS KM 50, SOENARKO: APARAT ANGGAP KITA BUTA TULI DAN TOLOL yang diunggah dalam akun YouTube Refly Harun pada 12 November 2022 lalu menyampaikan bahwa penyelidikan dan pengusutan kasus pembunuhan enam pengawal Habib Rizieq Syihab (HRS) di KM 50 telah ditutupi kebenarannya oleh aparat dan pemerintah.
Ia bahkan memberikan kesimpulannya bahwa aparat dan pemerintah telah menganggap rakyat buta, tuli, dan tolol sehingga mau-mau saja menerima dan tanpa keberanian mempertanyakan apa yang disampaikan oleh aparat, pemerintah, bahkan hingga apa yang disampaikan oleh Komnas HAM.
Menuntut titik terang dari kasus ini, Soenarko menyampaikan, "kesimpulannya saya dan banyak yang lain, aparat dan pemerintah ini menganggap rakyat ini buta, tuli, tolol. Rakyat itu tidak buta, tidak tulis, tidak tolol. Jadi jangan ditipu-tipu begitu."
Baca Juga: Kasus KM 50 Harus Dibawa ke Pengadilan HAM, Habib Rizieq: Rezim Ini Akan Berganti Insya Allah!
Mengingat bahwa kasus KM50 telah sampai kepada Presiden dan telah menerima pernyataan dari Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, (Menko Polhukam) Soenarko kemudian menambahkan pada pembicaraannya itu, "padahal saya punya rekaman, yang namanya Mahfud MD sebelum jadi Menteri [Menko Polhukam] mengatakan janganlah hukum dipakai sebagai alat."
Menagih pada omongan Mahfud MD yang sekarang menempati posisinya sebagai Menko Polhukam RI, Soenarko berharap bahwa Mahfud MD kini dapat memperlakukan hukum dengan adil dalam mengusut dan menyelidiki secara tuntas dari kasus pembunuhan enam pengawal HRS dalam tragedi KM50 yang sampai saat ini masih terus dipertanyakan kebenarannya akibat dari penjelasan aparat yang selalu berbelit dan berputar-putar.
"Sekarang Bapak itu [Mahfud MD] menjadi Menteri [Menko Polhukam], mudah-mudahan hukum itu diperlakukan dengan adil. Yang perlu sampaikan di sini, janganlah aparat menganggap bahwa rakyat itu buta, tuli, dan tolol, tidak mengerti. Cuma karena [rakyat] tidak punya daya, nanti kalau kita ngomong, mengoreksi, ditangkap, katanya mau makar, padahal hak rakyat di negara demokratis menyuarakan aspirasina asal dia menyampaikan dengan fakta, dengan tujuan baik."
Kemudian melanjutkan pembicaraannya, ia mengingatkan pada pembicaraan Amien Rais selaku Dewan Pengarah Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) Enam Pengawal Habib Rizieq Syihab (HRS) dengan mengucapkan, "mengulang apa yang dikatakan Pak Amien Rais, janganlah kasus-kasus seperti ini, kalau dibiarkan dan tidak dibongkar, akan berlanjut atau akan terulang lagi pada periode berikutnya."
Soenarko menyebut bahwa arogansi dari aparat telah menyebabkan rakyat menjadi korban. Ia mengingatkan bahwa dalam hal ini siapa saja dari rakyat menjadi korbannya, baik dari teman, saudara, maupun keluarga kita. "Karena kita juga tahu, kita mengikuti ini, semoga ke depan tidak terulang lagi. Nanti makin hancur kita, bisa saja keluarga kita jadi korban kasus-kasus seperti ini," ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: