Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kalau Benjamin Netanyahu Jadi PM Israel Lagi, Yahudi Amerika Khawatir karena...

Kalau Benjamin Netanyahu Jadi PM Israel Lagi, Yahudi Amerika Khawatir karena... Kredit Foto: Instagram/Benjamin Netanyahu

Setelah memenangkan pemilu bulan lalu, Netanyahu dan sekutunya masih membentuk koalisi.  Tapi dia sudah mencapai sejumlah kesepakatan yang memicu peringatan di luar negeri.

Itamar Ben-Gvir, seorang anggota parlemen yang terkenal dengan aksi-aksi provokatif dan anti-Arab, telah mendapatkan tawaran sebagai menteri keamanan nasional.

Posisi ini akan menempatkannya sebagai penanggung jawab kepolisian nasional Israel. Termasuk polisi perbatasan paramiliter, sebuah unit di garis depan dalam pertempuran dengan warga Palestina di Yerusalem timur dan wilayah pendudukan Tepi Barat.

Ben-Gvir menyebut anggota parlemen Arab sebagai "teroris" dan menyerukan untuk mendeportasi mereka.  Dia ingin menjatuhkan hukuman mati pada penyerang Palestina dan memberikan kekebalan kepada tentara Israel dari penuntutan.

Netanyahu juga telah setuju untuk menunjuk anggota parlemen Avi Maoz sebagai wakil menteri yang mengawasi otoritas baru yang bertanggung jawab atas “identitas Yahudi”. Termasuk memberinya tanggung jawab atas sistem pendidikan Israel. Maoz dikenal karena lantang menyuarakan anti-LGBTQ. Dia juga menentang gerakan Reformasi dan orang Yahudi non-Ortodoks lainnya.

Maoz menginginkan larangan parade LBGTQ yang dikenal sebagai Parade Pride. Dia juga membandingkan gay dengan pedofil dan ingin mengizinkan beberapa bentuk terapi yang mencoba mengubah orientasi seksual atau identitas gender anak-anak LGBTQ.

Maoz berharap untuk mengubah "Hukum Kepulangan" Israel, yang memberikan kemudahan bagi siapa pun yang mempunyai garis keturunan kakek nenek Yahudi untuk berimigrasi ke Israel. Dia juga menentang konversi non-Ortodoks ke Yudaisme.

Netanyahu juga menunjuk Bezalel Smotrich, untuk menjalankan otoritas pembangunan pemukiman dan kehidupan sipil Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat. Smotrich merupakan seorang pemimpin pemukim Yahudi yang menyuarakan anti-LGBTQ dan anti-Palestina.

Netanyahu telah bermurah hati terhadap serutunya, karena mereka mendukung reformasi hukum besar yang dapat membekukan atau membatalkan persidangan korupsinya.  Kritikus mengatakan, langkah seperti itu akan membahayakan pondasi demokrasi Israel.

Kepala Eksekutif Dewan Demokratik Yahudi Amerika, Hailey Soifer, menyatakan, masih terlalu dini untuk menilai pemerintahan yang belum menjabat secara resmi.  Namun dia mengakui kekhawatiran tentang sejumlah isu, seperti hak LGBTQ, hak Palestina, dan penghormatan terhadap demokrasi.

“Banyak dari kekhawatiran itu didasarkan pada pengalaman kami sendiri dengan pemerintahan yang tidak berbagi nilai-nilai kami,” kata Soifer.

Penulis buku “We Are Not One,” sebuah buku baru tentang hubungan antara Israel dan Yahudi Amerika, Eric Alterman, mengatakan, kedua belah pihak bergerak ke arah yang berlawanan. Demokrat Progresif telah mendorong pendekatan yang lebih keras ke Israel karena perlakuannya terhadap Palestina.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: